Dunia berjalan semakin cepat setiap harinya yang membuat kita harus bergerak lebih cepat juga.
Bergeraknya dunia lebih cepat membuat kita ikut melewatkan banyak hal yang membuat kita merasa kosong dan sia-sia. Namun, taukah kalian jika kita melambatkan gerak kita, maka dunia juga akan ikut melambat mengikuti kita. Melambatkan diri dapat membuat kita bisa menikmati setiap momen yang kita lewati dan menjadikan kita lebih bersyukur.
Hidup menuntut untuk terus diperhatikan membuat kita semakin cepat kehabisan energi dan membuat kita mudah bosan. Dunia terkadang membuat kita merasa tersinggung, namun jika kita melihat lebih dekat bukan keadaan dunia yang menyinggung kita melainkan cara pandang kita terhadap dunia.
Sebuah buku yang ditulis oleh Zen Haemin Sumin seorang guru meditasi yang telah menjadi biksu selama 20 tahun.
Buku yang telah terjual sebanyak 3 juta eksemplar di Korea dan diterjemahkan dalam enam bahasa dan salah satunya adalah bahasa Indonesia. Terdiri dari 8 bagian yakni Istirahat, Kebersadaran, Gairah, Hubungan, Cinta, Kehidupan, Masa Depan dan Spiritualitas.
Semua bagiannya tertulis dengan bait-bait yang sangat indah. Ceritanya sederhana namun terkesan dan jika dirasa menjadi sangat relevan. Setiap bagian akan diawali dengan prolog yang ditulis berdasarkan pengalaman pribadi penulis, dilanjutkan dengan problem yang kemudian dijawab dengan nasihat yang mindfulness.
Rajutan kata demi kata akan memberikan kenyamanan bagi pembaca, memberikan Pelajaran tanpa menggurui. Setiap nasihatnya bisa dijadikan bekal untuk menghadapi kehidupan yang semakin kompleks. Buku ini cocok dibaca dengan kondisi badan santai untuk bisa menelaah setiap makna yang dimaksudkan penulis.
Pada intinya Haemin Sumin ingin mengajak kita untuk memelankan ritme kehidupan dengan meditasi.
Menikmati setiap momennya dalam hidup untuk bisa meraih kebahagiaan. Kebahagiaan yang kita raih akan membuat kita lebih bersyukur dan menyadari kebenaran bahwa sesungguhnya kita semua saling tergantung satu sama lain. Berhentilah untuk mengkhawatirkan apa yang orang lain pikirkan tentang kita, jangan penuhi pikiran kita dengan berasumsi “seandainya”.
Jangan pula patah semangat dan merasa tertinggal dengan yang lain. Hidup bukanlah suatu perlombaan lari serratus meter melawan orang lain, melainkan marathon seumur hidup untuk melawan diri sendiri. Fokuslah untuk terus memperbaiki diri dan temukan banyak keunikan diri sendiri.
Baca Juga: 5 Fakta Menarik Light Novel, Buku Mungil Asal Jepang