Kupu-kupu Warna Abu
Berjingkrak menabrak yang tak tampak.
Mendeteksi rangka rangka bernyawa.
Sama saling genggam.
Berdendang tak memandang.
Menyingkirkan tabu.
Meninggikan prabu.
Mengolah arah hingga terengah – engah.
Wajarkah?.
Kala Itu
Jagoan neon terperangah.
Merekam sekeliling seolah bertanya “kok bisa”?.
Bingung sekata terbentur bentur.
Apa ini?.
Genangan tak berdaya membentuk bendungan yang tak ada “buffer”-nya.
Memerah rasa.
Menetes jiwa.
Merembes dan menderas lewati pipi pada wajah ini.
Ini..
Katanya nanti tenangi diri.
Nanti.. nanti..
Berdalih meraungi pikiran dan alat pengucapan ini.
Apa iya?.
Hati kecil lantangkan suara “bisa”
Akhirnya ku sampaikan saja pada Maha Pencipta.
Renjana
Surya menyingsing mulai ke barat lagi.
Kendaraan saling mendahului kaki.
Sengaja ku tumpakki motor yang tak seberapa ini.
Mata syahdu hampiri sembari berkata “kuantar sini”.
Cerita muda mudi terjadi.
Ku duduk sambil berpegang pada lututku ini.
Tanya dia “Mahirkah kau naiki ini”.
“Belum”, jawabku meyakini.