Sedekah menjadi salah satu amalan yang diwajibkan dalam agama Islam. Terdapat beberapa dalil yang mencantumkan pentingnya sedekah, diantaranya :
Q.S Al-Hadid Ayat 7
اٰمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَاَنْفِقُوْا مِمَّا جَعَلَكُمْ مُّسْتَخْلَفِيْنَ فِيْهِۗ فَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ وَاَنْفَقُوْا لَهُمْ اَجْرٌ كَبِيْرٌ٧
Artinya: “Berimanlah kepada Allah dan Rasul-Nya serta infakkanlah (di jalan Allah) sebagian dari apa yang Dia (titipkan kepadamu dan) telah menjadikanmu berwenang dalam (penggunaan)-nya. Lalu, orang-orang yang beriman di antaramu dan menginfakkan (hartanya di jalan Allah) memperoleh pahala yang sangat besar”.
Q.S Al-Baqarah Ayat 274
اَلَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ بِالَّيْلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَّعَلَانِيَةً فَلَهُمْ اَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْۚ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ ٢٧٤
Artinya: “Orang-orang yang menginfakkan hartanya pada malam dan siang hari, baik secara rahasia maupun terang-terangan, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada mereka dan tidak (pula) mereka bersedih”.
Dari kedua dalil tersebut, jelas bahwa Allah SWT memerintahkan hamba-Nya untuk menyisihkan hartanya kepada orang-orang yang membutuhkan. Rasanya, setiap umat muslim telah mengetahui hal ini. Namun, terdapat beberapa kekeliruan dalam memahami konsep sedekah yang sering dijumpai hingga saat ini, yaitu :
Harta yang Disedekahkan
Orang-orang sering berpikir bahwa harta yang harus disedekahkan adalah uang. Padahal, ada banyak jenis sedekah selain uang dan hal ini telah dicantumkan dalam beberapa ayat Al-Quran.
وَمَآ اَنْفَقْتُمْ مِّنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهٗۚ وَهُوَ خَيْرُ الرّٰزِقِيْنَ ٣٩
Artinya: “Suatu apa pun yang kamu infakkan pasti Dia akan menggantinya. Dialah sebaik-baik pemberi rezeki”. (Q.S Saba Ayat 39)
وَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ خَيْرٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيْمٌࣖ ٢٧٣
Artinya: “Kebaikan apapun yang kamu infakkan (di jalan Allah), sesungguhnya Allah Maha Mengetahui tentang itu” (Q.S Al-Baqarah Ayat 273)
Sedekah dapat juga berupa memberi minum dan menggali sumur, memberi makan, membangun masjid, bahkan membantu dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Hal-hal tersebut adalah contoh Sedekah Jariyah, dimana pahalanya akan terus mengalir meskipun orang tersebut sudah meninggal.
Nominal atau Banyaknya Harta
Terkadang, kita beranggapan bahwa sedekah harus dalam nominal atau jumlah yang besar. Memang tidak ada salahnya kita berlomba-lomba dalam kebaikan, namun hal ini menjadi salah arti. Anggapan bahwa sedekah harus dengan jumlah besar justru menjadi penghalang untuk bersedekah. Padahal, Rasulullah SAW bersabda:
“Jagalah diri kalian dari api neraka, walau hanya dengan sebuah biji kurma”. (Mutafaq ‘alaih).
Hal ini mengisyaratkan bahwa hanya dengan 1 butir kurma yang kita anggap tidak seberapa akan Allah balas dengan lipatan pahala karena Allah tidak melihat banyak-sedikitnya harta yang kita berikan.
Oleh karenanya, Allah pun melarang hamba-Nya menahan harta yang dimilikinya. Artinya, bahkan di saat kita merasa tak memiliki apapun yang berharga sehingga menjadi alasan untuk tidak bersedekah merupakan hal yang keliru. Rasulullah bersabda:
“Janganlah kamu menahan (hartamu), karena Allah akan menahan keutamaan harta tersebut darimu”. (Mutafaq ‘alaih).
Sesungguhnya, orang-orang yang berinfaq walaupun dalam keadaan sempit sangat disukai Allah. Dalam Q.S Ali Imran Ayat 134 disebutkan,
الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ ١٣٤
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang mengendalikan kemurkaannya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan”.
3. Niat yang Salah
Poin yang sering membuat seseorang menjadi salah arah adalah melakukan sedekah tetapi untuk tujuan lain. Betul bahwasanya Allah akan melipatgandakan harta yang disedekahkan. Namun, ada saatnya niat sedekah menjadi salah. Misalnya, Si A mengeluarkan hartanya sebesar Rp2.000.000 untuk sedekah dan berharap dilipatgandakan lebih dari apa yang ia keluarkan. Atau, Si C membantu temannya yang sedang dilanda musibah dan ia berharap suatu saat nanti akan diperlakukan serupa saat ia kesusahan.
Dari 2 contoh di atas, harus diingat bahwa:
- Tujuan kita hidup di dunia adalah menggapai ridha Allah apapun aktivitas yang dilakukan. Begitu pula dengan sedekah. Berharap sedekah yang dikeluarkan akan dilipatgandakan sehingga niat awal sedekah menjadi salah dan menimbulkan perasaan tidak ikhlas apabila tidak mendapatkan hal yang diharapkan.
- Allah Maha Pemberi dan Maha Penolong, berharap suatu hal selain kepada Allah adalah salah. Manusia memiliki sifat yang berbeda, pelupa, dan tidak sempurna. Berbeda dengan Allah yang Maha Sempurna dan Melihat dan Mengetahui apapun yang hamba-Nya perbuat, sehingga pasti Allah lah sebaik-baik tempat berharap.