Sepohon Padi
Ambisi mengiringi bakal padi yang ingin menjadi.
Perlukah?.
Terangi dan pengaruhi?.
Banyak “aku”… “aku”.. datang menghampiri.
Manipulasi.
Injak injakki atau bahkan junjung sana sini?.
Benalu penuhi memori sekeliling diri.
Sinyal jahat begini begitu membius prinsip diri.
Mendengkur, berdiri hingga terjungkal.
Tak apa.
Kaki singkirkan bombardir krikil.
Me-nulikan dan menggerakkan sesuai porsi tanpa pikir nanti.
Cahaya Gelap
Terlintas nanti.
Tersebab pada sebuah kata “mimikri”.
Jurang duri kurungi diri.
Bawah mati.
Atas menari nari.
Prediksi realistiskah ini?.
Kupaksa putar jarum jamku ini.
Ahh… tak mungkin berarti.
Asa-ku menggeru pada Sang Satu.
Melemah tersungkur pada batu itu itu lagi.
Burung – burung menyangka ku mati.
Terengah paksaku berdiri.
Boneka Pemberianmu
Aku serapi katamu tadi.
Kakimu berjinjit tinggalkan aku ini.
“Kemanakah dirimu?”.
Mukamu memalingkan aku yang berseru saat itu.
Tepukkan katamu “nanti aku kembali”.
Hujan disini!, keras kepalanya nekat kamu pergi.
Matamu melirikku beberapa detik sembari tenangkan aku.
Aku harap saat itu kamu tau semua yang tersingkap debu.
Hujan membesar iringi jalanmu keluar dari gubuk yang kokoh itu.
Berjam – jam aku nantikan sosok datangnya dirimu.
Terangnya malam membawamu seraya berkata “ini”.
Aku menggerutu sambil menyeka binar mataku.