Labuh Tanpa Tepi
Aku hanyalah sebuah labuh tanpa tepi,
Tak pernah menuntut akan hadirmu yang lupa akan kembali
Aku melakukan tanpa karena,
Dan kau menuntutnya dengan mengapa
Aku terbiasa tertatih tanpa terlatih,
Tak pernah mengharap pedulimu yang tak butuh terimakasih
Aku sedang berdamai pada diri sendiri,
Sesaat sebelum hadirmu yang membuatku hanyut dalam intuisi
Seiring dengan celotehan kosong yang bersuara kala itu,
Seolah ditujukan memecah sunyi, namun pada akhirnya terkesan basi
Puisi-puisi yang tak bertuan terus mengalir dalam emosi,
Dan paragraf-paragraf hilang arah tanpa sebuah spasi
Aksaraku seolah meredup,
Jeda yang tercipta membuat raga terkatup gugup
Bait-baitku memudar,
Semua terasa hambar saat sang empunya menghilang tanpa kabar
Aku terdiam memeluk malam,
Menatap nanar rintik hujan dibalik temaram
Aku hanya mampu berujar dalam tulisan,
Malam itu, aku, diriku dan sebuah perasaan tak bertuan.
Lakon Tanpa Dalang
Kau mencipta pelik tanpa peluk yang terus bersarang,
Menghantarkan raga pada malam yang malang,
Biang keladi yang tak sua berterus terang,
Dersik berlalu tanpa mengutus tenang,
Haruskah kusebut ini sebagai lakon tanpa dalang?,
Serta merta begitu saja datang menyerang,
Tanpa prolog dan epilog yang terkenang.