“Hiks hiks” Revin mendengar suara seorang gadis yang menangis, tetapi tidak melihat dimana gadis itu berada.
“Hiks, hiks Mama Papa” Suara itu semakin jelas.
Revin sedang berjalan-jalan di sore hari, mencari tempat yang cocok untuk membaca buku yang baru saja dibelinya dan menikmati udara sejuk di sore itu.
Awalnya, dia berniat mengabaikan suara tangisan tersebut, tapi semakin lama suara itu semakin terdengar kencang. Dia jadi tidak sampai hati, siapa tahu gadis itu memang sedang membutuhkan pertolongan.
Bundanya selalu mengajarkan untuk menolong seseorang selagi bisa, walau pun Revin bukanlah orang yang suka berurusan dengan orang lain, apa lagi orang baru seperti sekarang.
Gadis itu terlihat menyedihkan tapi sedikit lucu di mata Revin. Bagaimana tidak? Gadis itu sedang duduk sambil memeluk lututnya dan menangis tersedu-sedu di dalam sebuah parit. Parit kering yang cukup dalam. Bagaimana bisa dia masuk ke dalam parit dan berakhir seperti itu?
“Hey, apa yang terjadi padamu?” Revin mendekat ke pinggir parit besar tersebut.
Alisa langsung melihat ke arah Revin begitu mendengar suara seseorang setelah hampir satu jam tidak ada yang menolongnya, menampilkan wajahnya yang penuh air mata.
Revin sedikit tertegun melihatnya, gadis ini tidak terlalu cantik, tapi memiliki paras yang terkesan imut bagi Revin. Mata yang bulat dan tidak terlalu besar, hidung mungil yang mancung, pipi sedikit chubby dan bibir tipis merah muda. Kulitnya tidak terlalu putih, biasa saja, tapi sedikit manis bagi Revin yang tidak pernah tertarik dengan wanita secantik apa pun.
“Huaaaaa” jerit Alisa sedikit kuat yang membuat Revin bingung. Ditanya apa yang terjadi, bukannya senang ada yang menolong malah menangis semakin kencang.
“Tenanglah, saya bukan penculik. Membutuhkan bantuan?” tanya Revin seraya berjongkok di dekat pinggir parit.
Alisa hanya mengangguk saja. Dia ingin menjawab tapi suaranya tercekat karena terlalu lama menangis.
“Tunggu di sini, saya akan kembali!” ucap Revin seraya berdiri meninggalkan Alisa untuk mengambil tangga.
Alisa hanya diam saja memandang Revin yang berlalu.
Tidak sampai 10 menit Revin sudah kembali membawa tangga. Revin langsung memasukkan tangga itu ke dalam parit.
“Sudah, sekarang coba naik ke atas. Pelan-pelan saja. Bisa sendiri atau butuh bantuan?” ucap Revin berdiri di dekat ujung tangga di pinggir parit.
“Tidak, saya bisa sendiri kok, Om” Alisa berkata seraya membersihkan sisa airmata di wajahnya dan gamisnya yang sedikit kotor karena duduk di tanah sedari tadi.
‘Om? Apakah wajahku setua itu hingga di panggil Om? Kurasa dia hanya berbeda beberapa tahun di bawah ku’ ucap Revin miris dalam hatinya. Ini pertama kali dia di panggil seperti itu. Ayolah dia bahkan terlihat seperti siswa SMA jika tidak sedang berada di kantor.
Ini pertama kalinya bagi Revin melihat gadis yang biasa saja saat melihatnya. Biasanya para gadis itu akan tersipu sendiri ketika Revin melihat mereka. Padahal dia menatapnya hanya karena sedang bicara dengan mereka saja agar sopan.
Dan apa tadi, suaranya kenapa terdengar seperti anak kecil atau karena dia baru selesai menangis jadi suaranya berubah.
***
“Alhamdulillah, terima kasih banyak ya, Om” ucap Alisa seraya tersenyum menampilkan dimplenya dan memandang Revin setelah berhasil naik ke atas dengan selamat.
“Ah iya sama-samaaa ….” balas Revin menggantung karena tidak tahu nama gadis yang sedang tersenyum manis di depannya ini.
“Alisa, Om” ucap Alisa yang mengerti maksud Revin.
“Alisa” balas Revin seraya mengganguk.
“Iya, Om. Kenapa?” tanya Alisa.
“Bukan, saya hanya mengulang nama kamu.” jawab Revin. Gadis ini sedikit polos pikirnya.
“Oh begitu. Oh iya kalau begitu saya pulang dulu ya, Om. Sekali lagi terima kasih karena sudah menolong. Saya pamit dulu, Assalamualaikum.” pamit Alisa hendak pulang. Mamanya pasti sudah menunggunya sedari tadi.
“Iya. Waalaikumsalam” balas Revin seraya memperhatikan kepergian gadis itu.
“Kenapa seperti dejavu?” Revin bermonolog sendiri. Dia seperti pernah mengalami hal ini sebelumnya.
***
Alisa POV
“Assalamualaikum, maaf ya kita terlambat. Tadi ada kecelakaan di depan jadi macet. Kalian udah lama nunggunya?” ucap teman Mama yang sedari tadi ditunggu kehadirannya.
“Waalaikumsalam Mbak, engga kok, kita juga baru sekitar 10 menit di sini” jawab Mama seraya berdiri dan memeluk temannya.
“Wah udah lama banget kita ga ketemu ya Nad, aku kangen banget loh sama kamu” ucap teman Mama membalas pelukan Mama.
“Gimana sehat kan Ndra?” kata suami teman Mama ke Papa seraya berjabat tangan dengan Papa.
“Alhamdulillah sehat Mas. Mas sehat sekeluarga kan? Berapa tahun kita udah ga ketemu ya Mas” jawab Papa dan membalas jabat tangan temannya tadi.
Aku hanya diam saja, memandang pertemuan Mama dan teman lamanya.
“Alisa kamu masih ingat Tante?” tanya teman Mama padaku.
“Ingat? Kita pernah ketemu ya Tan?” Aku menggeleng seraya menyalami Tante itu.
“Haha wajar dia gak ingat Bun, udah lama banget loh. Dulu terakhir ketemu, Alisa masih umur 5 tahun” balas suami Tante yang aku belum tahu siapa namanya itu sambil tertawa kecil.
“Iya ya Yah. Tapi Alisa makin cantik ya Nad” ucap Tante itu sambil memelukku.
Aku hanya tertawa saja mendengarnya. Malu hihii
“Iya dong siapa dulu, Mamanya Mbak” jawab Mama dan mereka semua tertawa kecil.
Author POV
“Bun, maaf lama tadi Revin ada meeting dadakan di kantor” Revin yang baru datang langsung menghampiri kedua orang tuanya dan menyalami semua yang ada disana.
“Nah ini dia yang ditunggu datang juga” jawab Papa Alisa seraya tersenyum memandang Revin.
“Iya Vin, kamu ga kejebak macet di depan?” tanya Bunda kepada putra tunggalnya itu.
“Iya Om. Engga Bun, ga ada macet kok” jawab Revin yang sudah duduk di kursi kosong sebelah Ayahnya.
“Bentar ya Vin, Alisa lagi di toilet” ucap Mama Alisa kepada Revin.
‘Oh namanya Alisa? Jadi teringat gadis itu’ batin Revin seraya mengingat gadis yang di tolongnya sebulan yang lalu karena terjebak di parit.
Alisa kembali dari toilet dan melihat dari jauh bahwa anak teman Mamanya sudah datang. Namun dia tidak melihat dengan jelas karena lelaki itu sedikit menunduk.
“Nah ini dia Alisa” ucap Mama Alisa kepada semuanya.
Membuat semua yang ada disitu memandang Alisa.
“Om?” “Kamu?” ucap mereka secara bersamaan yang membuat semuanya bingung.
“Kalian saling kenal?” tanya Bunda Revin kepada keduanya.
“Om kok di sini?” Alisa masih tidak mengerti kenapa Om baik hati yang menolongnya sebulan lalu ada di sini.
“Jadi, kamu Alisa? Jodoh ga kemana ya” kekeh Revin melihat wajah polos dan kebingungan Alisa yang terlihat lucu baginya. Belum lagi dia baru menyadari Alisa memiliki gigi kelinci yang menambah kesan imut di matanya.
Iya, mereka memang dijodohkan oleh kedua orang tua mereka sejak kecil. Kedua orang tua mereka merupakan teman sekampus dulu. Tapi berbeda angkatan dan satu organisasi, jadilah mereka saling mengenal.
Bunda Revin dan Mama Alisa sudah dari dulu ingin menjodohkan kedua anaknya apabila berbeda jenis kelamin.
Awalnya, Revin menolak. Ini sudah tahun berapa tapi masih saja kedua orang tuanya ingin menjodohkannya. Tapi, melihat Bunda yang terlihat sedih, Revin jadi tidak sampai hati. Tidak ada salahnya dicoba, pikirnya. Karena selama ini Revin memang tidak pernah tertarik dengan wanita. Bukan apa-apa, dia tipe lelaki yang dingin kepada siapa pun kecuali keluarganya. Hanya berbicara seperlunya saja apabila ada kepentingan. Memang begitu sifatnya. Siapa tahu jodohnya memang dari perjodohan ini.
Lain Revin, lain lagi Alisa. Dia menurut saja ketika dijodohkan karena benar kata Revin, Alisa itu gadis polos yang tidak pernah mengenal lelaki untuk urusan perasaan. Dia diajarkan kedua orang tuanya untuk tidak memiliki perasaan kepada siapa pun sebelum memiliki hubungan yang halal.
Jadi ketika kedua orang tuanya bilang ingin menjodohkannya, dia hanya menjawab
“Alisa ngikut Mama Papa aja, karena pilihan Mama Papa pasti yang terbaik buat Alisa”.
Jadi di sinilah mereka berdua sama-sama terkejut dengan pertemuan kedua mereka.
Benar kata Revin jodoh ga kemana yaa.
***
Flashback 15 tahun yang lalu
“Huaaaa Mama tolonggg” jerit gadis kecil yang sedang menangis kesakitan karena terjatuh kedalam parit kecil.
Seorang anak lelaki yang sedang menaiki sepedanya berhenti ketika melihat gadis yang sedang menangis itu dan turun dari sepedanya.
“Kamu kenapa? Kok bisa masuk parit?” tanya anak lelaki itu.
“Tadi aku lari sambil ngejar kelinci, tapi malah masuk parit pas kelincinya lompat melewati parit” jawab gadis itu terbata-bata seraya mengusap air matanya.
“Yaudah sini aku bantuin keluar” ucap anak lelaki itu sambil mengulurkan tangannya dan membantu menarik gadis itu keluar dari parit.
“Makasih ya kak” Alisa kecil tersenyum manis menampilkan gigi kelinci dan dimplenya kepada anak lelaki yang sudah menolongnya itu.
“Iya sama-sama. Kaki kamu itu berdarah, rumah kamu di mana? Ayuk aku antar pulang naik sepeda” balas Revin kecil dan mengajak Alisa untuk pulang bersamanya.
Tapi Alisa menolak dan menggeleng seraya berkata,
“Engga kak, aku pulang jalan aja, rumah aku dekat sini kok. Aku pamit ya kak, makasih sekali lagi. Semoga kita ketemu lagi ya kakak ganteng” jawab Alisa kecil sambil melangkahkan kakinya yang sedikit pincang dan melambaikan tangan kepada Revin kecil.
“Manis sekali. Semoga kita bertemu lagi Gadis Kelinci” Revin kecil bermonolog sendiri dan menaiki sepedanya kembali.
Flashback End
Alisa tersenyum saat mengingat kenangan masa kecilnya dengan Revin. Jadi Revin itu kakak ganteng yang dulu menolongnya.
“Ngelamunin apa hm?” Revin menghampiri Alisa yang sedang duduk di balkon kamar mereka.
“Hehe, lagi mikirin kakak kok bisa gantengnya udah dari dulu” kekeh Alisa.
“Kamu belajar ngegombal dari mana sih” ucap Revin gemas sambil menarik kecil pipi Alisa.
“Tangannya kak. Nanti makin besar tau pipinya” Alisa cemberut, Revin ini hobi sekali menarik pipinya semenjak mereka menikah.
“Siapa suruh gemesin” jawab Revin seraya merangkul Alisa gemas. Alisa tertawa dan memeluk Revin.
Revin sangat bersyukur karena menuruti perkataan orang tuanya untuk menerima perjodohan ini. Ternyata benar, jodoh bisa datang dari mana saja. Tidak ada yang mengetahuinya.
Revin berterimakasih kepada Tuhan karena sudah menjodohkannya dengan Dokter manis yang memiliki gigi kelinci dalam pelukannya ini.
Begitu pun Alisa. Dia sangat berterimakasih kepada Tuhan karena sudah menjodohkannya dengan lelaki yang dulu sempat membuatnya berdebar ketika ditolong oleh lelaki itu karena senyumnya. Tapi, Alisa kecil mana mengerti kalau itu yang dinamakan jatuh cinta pada pandangan pertama.
End
Baca juga: Kisah yang Tidak Kau Ketahui