Siapa sangka jika ternyata ungkapan “Air Mata Buaya” sudah ada sejak abad pertengahan.
Ada idiom dari negara Barat yang kemudian dijadikan bahasa sehari-hari kita, yakni “Crocodile tears” alias “Air mata buaya”. Ungkapan ini merujuk pada ekspresi emosi palsu yang tidak tulus layaknya orang munafik.
Singkatnya, ungkapan air mata buaya berarti ‘berpura-pura sedih dan menangis’ atau ‘air mata palsu’.
Siapa sangka bahwa ungkapan tersebut ternyata muncul sejak abad pertengahan dan kemudian disebarkan melalui karya-karya sastra milik William Shakespeare.
Dikembangkan Melalui Karya Sastra
Dilansir dari ancient-origins.net, mitos bahwa hewan buaya itu menangis telah melintasi waktu dan peradaban manusia. Melihat peluang besar, William Shakespeare yang terkenal dengan drama Romeo and Juliet, pun mengeluarkan mahakarya lagi.
Pada karya dramanya berjudul Othello, William menggunakan ungkapan ‘Air mata buaya’ untuk menggambarkan ratapan yang menipu. Alhasil, ungkapan tersebut kembali menyebar ke masyarakat luas dan kemudian menjadi frasa umum dalam Bahasa Inggris sehari-hari.
Seiring berjalannya waktu, ungkapan tersebut kemudian digunakan pula oleh beberapa sastrawan dan penyair. Misalnya penyair Inggris bernama Edmund Spenser yang menulis The Faerie Queene tentang makhluk ‘licik yang kejam’ dengan kesedihan palsu. Pada karyanya, Edmund turut menggunakan ungkapan ‘air mata buaya’.
Ada pula komposer musik opera bernama Henry Purcell dengan karyanya berjudul Dido and Aeneas, juga menggunakan ungkapan tersebut. Secara tersirat, Henry menuliskan tentang “Thus on the fatal banks of Nile, / Weeps the deceitful crocodile.”
Meskipun dalam beberapa mahakarya sastra tersebut, ungkapan “Air mata buaya” tidak dituliskan secara gamblang, tetapi maknanya hampir sama.
Yang Sebenarnya Terjadi
Dilansir dari dictionary.com, ungkapan ‘Air mata buaya’ diyakini muncul sejak zaman Romawi Kuno. Kala itu, banyak masyarakat yang beranggapan keliru bahwa hewan buaya yang ganas, akan menangis terlebih dahulu saat akan memakan mangsanya.
Padahal sebenarnya, hewan buas ini memang mengeluarkan air mata untuk membersihkan kelopak matanya, dan sama sekali tidak berkaitan dengan emosinya. Berhubung buaya sudah lama menampakkan setengah wajahnya di permukaan air, maka tentu saja matanya akan menjadi kering. Nah, itulah alasannya mengeluarkan air mata sejenak.
Jika melihat kasus buaya Amerika dan buaya air asin, justru proses mengeluarkan air mata bertujuan untuk membuang kelebihan garam yang dikonsumsi buaya saat makan mangsanya.
Kesimpulan
Jadi, ungkapan ‘air mata buaya’ itu merujuk pada emosi palsu — biasanya berupa kesedihan yang menitikkan air mata. Mungkin beberapa orang akan menganggap aneh sosok hewan buas ini menitikkan air mata, padahal sebenarnya memang iya. Biasanya, sosok reptil buas ini akan menitikkan air mata saat mereka berada cukup lama di permukaan air.
Sumber:
https://www.ancient-origins.net/weird-facts/crocodile-tears-0019382