Zhuge Liang dikenal juga sebagai Kong Min dengan julukan sleeping dragon adalah ahli strategi jenius dari masa akhir dinasti Han di akhir abad kedua. Kong Min menjadi ahli strategi di negara Shu Han.
Nenek moyang Zhuge Liang adalah pelayan dari pemerintahan dinasti Han, tapi dia menjadi yatim piatu di usia muda. Akibat pembantaian di provinsi Xu yang merupakan rumahnya oleh Cao Cao.
Pembantaian tersebut membuat Zhuge liang mendiami wilayah Xin Ye. Pemimpin wilayah tersebut Liu Bei mendengar rumor ahli strategi yang hebat dan mengunjunginya 3x yang membuat hati Zhuge Liang tersentuh.
Zhuge Liang sang Jenius Militer dan Diplomat Handal
Kejeniusan strategi Zhuge Liang ditunjukkan pertama kali saat menundukkan invasi Cao Cao ke wilayah selatan. Di tengah kesulitan, rencana Zhuge Liang justru memecah China menjadi 3 kekuatan besar yaitu Liu Bei di barat, Sun Quan di selatan, dan Cao Cao di utara.
Perencanaan itu dimulai dengan mengungsikan Liu Bei dan pengikutnya ke selatan akibat desakan pasukan Cao Cao. Setelah itu dirinya berangkat menyeberangi sungai Yan Tze sebagai diplomat dan beraliansi dengan Sun Quan seorang pemimpin wilayah di seberang sungai Yan Tze.
Pelarian yang berhasil dan mengubah kemustahilan menjadi sebuah peluang, membuat moral pasukan Liu Bei menguat. Disisi lain, pelarian dengan segelintir pasukan ini meyakinkan Sun Quan untuk bergabung dengan Liu Bei bersama Zhuge Liang.
Intrik Zhuge Liang tidak berhenti disana, dirinya kemudian mengirim Pang Tong untuk memberi nasehat palsu pada Cao Cao agar merantai kapal perangnya. Tipuannya adalah dengan membuat Cao Cao merasa yakin, karena pasukannya tidak pernah bertempur di lautan dan bisa saling terhubung.
Terhubungnya kapal Cao Cao membuat Zhuge Liang dan Zhou Yu ahli strategi Sun Quan membawa kemenangan besar. Kapal yang terantai dan perubahan arah angin membuat api yang dilancarkan aliansi ini menghancurkan kapal-kapal Cao Cao.
Baca juga: The Bloom Of Japanese Literature In The Edo Period
Zhuge Liang dan Kemenangan yang Gemilang
Pertempuran sebelumnya harusnya membuat Sun Quan menguasai wilayah selatan karena mundurnya pasukan Cao Cao. Tetapi Zhuge Liang memecah pasukan Liu Bei dan membuat Liu Bei menguasai wilayah selatan provinsi Jing akibat hal tersebut.
Zhuge Liang berdalih meminjam provinsi Jing dari Sun Quan karena Liu Bei belum memiliki tempat berdiam. Sun Quan akhirnya merelakan wilayah ini sementara akibat kehilangan orang kepercayaannya dan ahli strateginya Zhou Yu selepas pertempuran dengan Cao Cao.
Tidak sampai disana, setelah kondisi di selatan Jing aman. Zhuge Liang dan Pang Tong mengambil provinsi Yi di barat dari Liu Zhang. Meski dibayar dengan pengorbanan Pang Tong salah satu ahli strategi terbaik di pihak Liu Bei.
Hal ini membuat rencana Zhuge Liang sukses, memecah kekuatan China menjadi 3 kekuatan besar dan menyerang Cao Cao bersamaan dengan Sun Quan.
Dengan hal ini, Zhuge Liang melancarkan serangan ke Han Zhong markas pasukan Cao Cao di barat. Berakhir dengan kemenangan gemilang dan membuat Liu Bei menobatkan dirinya sebagai King of Han Zhong.
Zhuge Liang dan Penanganan Krisis
Di luar dugaan, Cao Cao mangkat dan anaknya Cao Pi menggulingkan Kaisar Han yang bertahta dan mendirikan negara Cao Wei. Insiden ini membuat Liu Bei mendeklarasikan diri sebagai Kaisar Shu Han karena masih memiliki hubungan darah dengan kaisar terakhir Han.
Sun Quan mencoba mengambil wilayah provinsi Jing yang sebelumnya dipinjam Liu Bei. Karena negosiasi gagal dilakukan, hal ini berujung pada pecahnya aliansi Sun Liu. Hal ini mengakibatkan hilangnya wilayah Jing dan mangkatnya Liu Bei setelah pembalasan dendam atas saudaranya yang mangkat akibat serangan pasukan Sun Quan di Jing.
Kondisi ini membawa Shu Han pada krisis baru, hilangnya wilayah Jing dan mangkatnya Kaisar pertama membuat Zhuge Liang mengubah haluan dengan menaklukan suku di wilayah selatan wilayah Shu. Dengan 7 kampanye selatan, pimpinan wilayah selatan Meng Huo menyerah kepada Shu.
Penaklukan ini memakan waktu karena Zhuge Liang ingin memastikan wilayah selatan benar-benar menyerah dengan hatinya dan aman dari pemberontakan di masa depan. Disisi lain, putra dari Liu Bei dikenal kurang becus sehingga permasalahan kekaisaran Shu Han dibebankan kepada Zhuge Liang.
Zhuge Liang terbukti melakukan banyak jasa dalam menangani krisis Shu Han pasca mangkat Liu Bei dari penaklukan wilayah selatan hingga mencoba penaklukan ulang wei di utara.
Wafatnya Sang Naga Tidur
Bekerja dengan terus memaksakan dirinya, Zhuge Liang dan segenap pasukan Shu Han terus melakukan penyerangan kepada Cao Wei. Beberapa upaya nyaris berhasil.
Zhuge Liang menyadari batasan dirinya dan mencoba melakukan penyerangan pamungkas di tebing Wu Zhang. Tetapi, rival dari Zhuge Liang yaitu Sima Yi dengan tenang menanggapi hal ini dan tidak terpancing.
Hal ini berujung pada mangkatnya Zhuge Liang sang Naga Tidur. Tetapi ia telah memberikan instruksi penarikan pasukan yang berhasil dirahasiakan. Akhirnya pasukan Shu Han bisa kembali tanpa banyak korban.
Kehilangan figur Zhuge Liang membuat Shu Han terpukul. Meski tercatat melakukan perlawanan, Shu Han akhirnya jatuh pada tahun 263. Sekitar 30 tahun setelah wafatnya Zhuge Liang.
Sumber
https://pixabay.com/id/photos/zhuge-liang-patung-6640254/
Kusumo, Y. F. (2017). Zhuge Liang’s Political Strategy as Represented in Luo Guanzhong’s Sam Kok. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Ensiklopedia Dynasty Warrior 8 Xtreme Legend Complete Edition