Opini yang dilontarkan secara lisan maupun tertulis sama-sama bermanfaat. Namun, hal terpenting menulis opini adalah riset dan banyak membaca!
Sumber: pexels.com/Yaroslav Shuraev
Menulis opini tidak bisa dilakukan secara terpaksa. Setiap penulis memiliki minat masing-masing yang tidak bisa disamaratakan. Ada yang suka dengan merangkai kata di dalam dunia fiksi, di sisi lain ada orang yang suka menjabarkan argumen maupun penilaian pribadi setelah beradu opini dengan orang lain atau membaca suatu fenomena serupa.
Tentunya, sebelum menyampaikan sebuah opini kita memerlukan fakta dan data. Hal itu, supaya orang lain lebih mempercayai dan mendapat pencerahan dari informasi dalam perspektif yang berbeda. Lalu, bagaimana kita menemukan fakta?
Dengan mengumpulkan dan membaca data maupun opini terdahulu dari para pakar kemudian, kita sandingkan dengan sudut pandang pribadi sebelum menulis. Namun, tidak sekadar membaca sekilas saja, ada baiknya kita perlu membaca secara kritis.
Langkah pertama dari membaca kritis adalah membuat anotasi. Tandai tulisan yang dianggap penting bagimu hingga semua analisis terkumpul dan berkesinambungan ketika esensi bacaan telah ditelaah, lalu selanjutnya parafrasekan. Anotasi tersebut dapat dilakukan baik secara digital ataupun dengan tulisan tangan pada salinan buku dan artikel. Pastikan untuk memasukkan pertanyaan atau ide apa pun yang terbesit di otak.
Apa saja hal-hal yang harus kita perhatikan? Berikut 5 tips nulis opini dengan cara membaca kritis dan melakukan anotasi.
Daftar Isi
1. Asah Rasa Penasaran dari Berbagai Perspektif
Tulisan opini berlandaskan dengan cara membaca kritis, sudah pasti penulisnya tidak takut mendengar atau berusaha memahami sudut pandang baru. Misalnya, membaca novel Psychological Thriller memberikan kesan abu-abu pada tokoh utama dan penjahat yang mempunyai masa lalu tertindas.
Logika dan moral seorang pembaca akan saling melawan dan berdebat pada puncak konflik tersebut. Apabila, suatu individu bisa memperhatikan detail karakter, tema yang dibawakan, atau gaya bahasa, maka, perhatian yang sama juga akan dilakukan ketika menulis karya sendiri.
2. Gaya Kepenulisan
Membaca bermacam-macam genre dan jenis buku dapat membantu individu fokus pada mekanisme dan pilihan gaya menulis yang membuat berbagai genre penulisan berhasil. Mendekati beragam karya sastra perlahan memberi inspirasi bagi seseorang untuk menemukan dan memilih cara penyampaiannya sendiri.
Membaca mampu memperluas konsentrasi dan kosa kata. Tanpa sadar seseorang yang membaca akan menyerap tata kalimat, gaya, dan tanda baca.
3. Jangan Remehkan Tata Bahasa
Kenyataannya, penggunaan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) tidak hanya berlaku bagi penulisan karya ilmiah atau artikel jurnal saja. Akan tetapi, juga jenis-jenis karya tulis lainnya. Di dalam EYD membahas terkait penggunaan huruf kapital, penggunaan tanda baca, penulisan pada unsur kata serapan, dan penulisan pada kata maupun partikel.
Cukup membaca berita di kolom koran, cerpen, atau novel dapat membuat kita mempelajari tata bahasa tanpa harus membaca buku teks yang khusus membahas EYD. Buku-buku terbaik mengkomunikasikan pesan-pesan mereka dengan jelas, dan untuk berkomunikasi dengan jelas, seorang penulis harus memiliki pengetahuan tentang tata bahasa.
4. Coba Telaah Kosa Kata
Sumber: pexels.com/mali maeder
Manfaat lain dari membaca kritis yakni memperluas kosa kata. Jangan membuat diri sendiri merasa tertekan dengan membuat catatan khusus berisi kosakata dan frasa menarik, tetapi, buatlah memo tersebut karena memang berkomitmen memperkaya tulisan opini.
Soroti atau tuliskan berbagai pergantian frasa yang menurut kamu sangat ahli. Catat kata-kata baru yang tidak kamu kenali. Pelajari, hafalkan, dan asimilasikan ke dalam prosa buatan sendiri ketika menulis.
5. Parafrase Tanpa Bias
Sumber: pexels.com/JESHOOTS.com
Membaca kritis dapat membantu memproses informasi teknis yang rumit. Akan tetapi, beberapa bagian teks mungkin tetap membingungkan pembaca. Cara sederhananya, kamu dapat mengasah kemampuan menulis opini dengan memparafrasekan tulisan yang telah dibaca.
Menulis ulang teks dengan kata-kata sendiri tanpa mengubah esensi teks bacaan. Pembauran tersebut, atau yang disebut sebagai asimilasi seperti sub bab sebelumnya, sangat membantu keterampilan menulis opini kita hingga tampak informatif sekaligus inovatif.
Melakukan riset dengan membaca adalah hal utama dari menuliskan opini. Hal ini dikarenakan opini berporos pada peristiwa baik milik orang lain atau datang dari sang penulis karena biasanya opini membahas sebuah fenomena yang sedang trend. Oleh karena itu, opini akan selalu bersifat subjektif.
Salah satu pendiri New York Review of Books, Elizabeth Hardwick menyatakan bahwa ketika seseorang membaca novel, biografi, atau buku apa pun, tandanya ia mencari kombinasi kesenangan, kegunaan, dan motivasi intelektual yang sulit dipahami untuk membangkitkan stimulasi keingintahuan dan melibatkan asimilasi pengetahuan.
Baca Juga: Media dan Publik Menghancurkan Persahabatan Aktris It Girl, Clara Bow-DeVou
Setelah kamu memahami tips nulis opini diatas, sekarang waktunya kamu mulai terapkan opini yang ingin kamu sampaikan. Yuk, ikutan Kelas Menulis di Media Massa sama Kak Yuliana Kristianti di Menulis.id, Minggu (30/6/2024).
Referensi:
- https://mindthegraph.com/blog/critical-reading/
- https://www.routledge.com/blog/article/how-reading-will-help-your-writing-and-add-pleasure-to-your-life