Akhir-akhir ini, kita sering, ya dengar banyak keluhan soal dunia pekerjaan, terutama seputar atasan atau bos. Hal yang normal, kok kalau kita sebagai karyawan menginginkan karir yang bagus, lingkungan kerja yang nyaman, termasuk atasan yang suportif dimana kita diayomi dan dibimbing. Namun sayangnya, ada beberapa karyawan yang tidak seberuntung itu, salah satunya dapat bos toxic. Apa aja, sih karakter yang menggambarkan atasan toxic yang lagi viral diomongin sama Gen Z?
Selalu Nyalahin Tanpa Kasih Solusi
“Kerjaan kamu nggak becus!”, “Gimana, sih masa gini aja bisa salah!”
Dalam dunia pekerjaan, hal yang wajar bagi karyawan entry level buat kesalahan karena mereka baru pertama kali terjun ke dunia karir yang profesional. Dari kesalahan itu diharapkan mereka bisa belajar dan mengasah problem solving skill lebih baik lagi. Masalahnya, kalian ketemu atasan yang mojokin kalian kalau buat salah.
Secara langsung, afirmasi negatif di atas bikin karyawan males banget buat improve. Takut salah, takut dipojokin, takut direndahkan, dan masih banyak lagi. Kalau kalian sampai ngerasa direndahin kayak tadi, kalian bisa jadi ketemu bos toxic.
Buat atasan yang merasa punya sifat ini, yuk diubah dengan cara empati terhadap karyawan kalian. Kasih solusi dan biarkan junior kalian belajar supaya bisa lebih profesional.
Nggak Pernah Apresiasi Performance Kalian
Setiap manusia senang mendapat pujian, apalagi menyangkut kinerja atau performance kita sebagai seorang karyawan. Namun, mengharapkan pujian bukan berarti minta imbalan atau dipuji di depan orang banyak. Sebagai karyawan, hal seperti ini, tuh wujud yang diberikan seorang bos bahwa mereka perhatian dan suportif terhadap pekerjaan yang kita lakukan.
Alih-alih diapresiasi, kalian yang bekerja dengan bos toxic bisa jadi lebih sering tidak dipercaya untuk mengerjakan sebuah pekerjaan atau project dan tidak dihargai performanya. Nah, lampu hijau, nih kalau kalian udah bertemu bos atau atasan dengan ciri-ciri di atas, mundur wir.
Sebagai atasan, yuk kita coba notice pekerjaan yang udah dilakukan sama junior kalian. Junior-junior kalian sudah berusaha maksimal, loh. Mereka cuma perlu dihargai dan diberi afirmasi positif, aja, kok.
Tertutup akan Pendapat
Dalam bekerja secara tim, salah satu kemampuan yang wajib dimiliki setiap orang, termasuk atasan adalah open-minded. Dengan sikap ini, miskomunikasi dan kesalahpahaman dapat diminimalisir, atau bahkan dihindari dari awal.
Sementara, apabila kalian sering menghadapi masalah yang akarnya disebabkan oleh salah paham karena bos kalian keras kepala, kalian lagi nggak baik-baik, aja loh. Ingat, kalian itu bagian dari perusahaan tempat kalian bekerja dan kalian punya hak untuk mengutarakan pendapat.
Yuk, buat para atasan, kita belajar jadi orang yang lebih open-minded terhadap pendapat dari berbagai POV. Kerjasama yang bagus menghasilkan output yang maksimal juga, bukan?
Komunikasi yang Buruk
Siapa, sih yang ‘gemes’ kalau punya atasan yang nggak komunikatif sama sekali soal pekerjaan, seperti kebijakan, job description, dan lain-lain? Kriteria yang kayak gini, tuh sebenarnya ngeri-ngeri sedep, ya kalau sampai terjadi miskomunikasi dan merugikan berbagai pihak di kantor. Gengges, kan?
Apalagi, atasan kalian enggan untuk bonding dengan kalian yang mana dari sini, komunikasi yang baik bisa terjalin antara atasan dengan junior-juniornya. Kenapa penting? Team work yang bagus berbarengan dengan komunikasi yang lancar juga, baik atasan ke junior atau sesama junior.
Sebenarnya perihal seperti ini terlihat sepele dan sering diremehkan karena dianggap basa-basi yang cuma buang waktu. Kalau kalian lagi jadi atasan dan mengalami gejala-gejala di atas, coba bonding sebentar, yuk dengan junior-junior kalian. Cukup sapa mereka di setiap pagi, apresiasi progress kecil yang mereka capai, dan beri solusi jika ada kesalahan.
Intinya, atasan, bos, atau senior toxic itu kalian sendiri yang bisa menilai karena kalian yang terjun langsung merasakan bagaimana bekerja dengan siapapun yang kalian nilai sebagai atasan toxic. Jika kalian merasa tertekan sampai mengganggu kesehatan fisik maupun mental, make a move!. Jangan sampai atasan toxic itu cuma gimmick semata supaya kalian bisa resign seenaknya. Pikirkan dan rasakan baik-baik, apabila perlu silahkan curhat ke siapapun yang kalian percaya.
Baca Juga: Catat 8 Tips Ini kalau Mau Sukses Wawancara Kerja!