Warning: spoiler alert!!!
Alkisah seorang perawat dari Poli Penyakit Dalam dianggap lamban lantaran memiliki empati yang tinggi terhadap pasien sehingga menghambat kinerja rekan sejawat lainnya. Alhasil, Jeon Da-eun dipindahkan ke Poli Psikiarti/Penyakit Jiwa. Di sinilah semua kisah berawal. Kisah yang pilu, tetapi mampu menghangatkan jiwa. Kisah yang dalam, tetapi mampu menyadarkan sesama.
Selamat datang di review Drama Korea: Daily Dose of Sunshine di Netflix yang dibintangi oleh Park Bo-young, Yeon Woo-jin, Jang Dong-yoon, dan lain sebagainya.
Drama ini mengambil tema mengenai penyakit jiwa, kesehatan mental, dan kesadaran mental. Setiap episode-nya mengandung bawang (beneran!), banyak kisah yang mungkin sebenarnya ada di sekitar kita tetapi kita tidak sadar. Drama ini mengajarkan pentingnya untuk peduli terhadap mental sesama di sekitar kita, dan memahami kondisi serta emosi yang tersampaikan secara tersirat.
Ada banyak penyakit jiwa/mental yang dikenalkan di drama ini. Tidak hanya seputar ‘orang gila’, tetapi juga dijelaskan kondisi yang menyertainya.
Di episode pertama ada seseorang yang menderita maniak; kondisi di mana dirinya merasa puas saat menelanjangi diri sendiri dan menari untuk menunjukkan ekspresi diri. Mungkin orang awam akan melihatnya “dia gila”, tetapi ternyata lebih dari itu. Kondisi maniak ini dialami olehnya di usia 43 tahun saat sudah memiliki suami yang mapan dan keluarga yang terpandang.
Mengapa demikian?
Ternyata, ia adalah bebek yang berusaha dipoles menjadi angsa. Ia kehilangan dirinya. Ah bukan, ia tidak pernah menjadi dirinya sendiri. Ia tidak mengenal siapa dirinya. Semua hal dalam hidupnya sudah diatur dan ditentukan oleh…. Ibunya.
Ya. Ada beberapa kisah yang menyeritakan bahwa terkadang penyebab terjadinya seseorang mengalami gangguan jiwa berasal dari orang terdekatnya, bahkan orang tua.
Memang, ibunya ingin apapun yang terbaik untuk anaknya, demi kebahagiaan anaknya. Tetapi, apa yang baik menurut seseorang, belum tentu baik menurut orang lain, bukan?
Dari sini kita belajar bahwa kita tidak bisa memaksakan kehendak diri kita sekecil apapun terhadap orang lain. Karena, besar-kecilnya sesuatu memiliki dampak tersendiri ke orang tersebut.
Ada banyak kisah menarik mengenai kesehatan mental dan jiwa seseorang. Ada yang terguncang karena ditinggal meninggal orang tersayang. Ada yang mengalami gangguan panic attack atau serangan panik. Ada pasien skizofrenia, delusi, halusinasi, dan lain sebagainya.

Melalui drama Daily Dose of Sunshine, kita akan diajarkan bagaimana menjadi caregiver untuk seseorang yang mengalami gangguan mental. Bahkan, pemeran utamanya yang seorang perawat dan caregiver sejati pun pada akhirnya menderita depresi mendalam karena terlalu menyalahkan dirinya sendiri. Menjadi caregiver ternyata sangat-amat sulit karena energi kita habis untuk merawat mental orang lain. Merawat mental diri sendiri saja sulit, bagaimana merawat mental orang lain?
Melalui drama ini juga ternyata diajarkan bahwa setiap kondisi psikis seseorang memiliki cara penanganan yang berbeda. Ada yang harus menulis jurnal, biografi, konseling terapi, dan lain sebagainya. Yang menarik adalah seorang caregiver tidak boleh mengiyakan delusi/halusinasi pasien, tetapi juga tidak boleh menyangkal karena mereka bisa semakin ‘gila’ saat apa yang mereka yakini disangkal.
Terakhir, poin yang sangat menyayat hati adalah kondisi gangguan mental ini bisa berujung pada percobaan atau bahkan sampai bunuh diri. Di titik itu, ternyata mereka tidak benar-benar ingin membunuh diri mereka sendiri. Mereka hanya ingin luka di dalam diri mereka sembuh, menghilang, pergi, dan berganti kebahagiaan. Karena itu mereka berpikir ketika mereka melukai atau membunuh diri mereka sendiri, mereka beranggapan luka mereka pun akan sembuh.
Di titik itu, mereka berada di titik terlemah, they’re on their rock bottom and need support system to hit them back to the ground.
Ternyata, penyakit mental itu sangat pelik dan complicated, ya. Rating dari penulis untuk drama ini berada di bintang 9/10 dengan romance tipis-tipis yang ciamik tanpa bikin cerita berbelit-belit, ada yang terjebak friendzone dari kecil hingga pemilihan tone warna yang menyesuaikan mood cerita; ceria, sedih, atau bahkan suram.
Untuk kamu yang udah nonton, bagaimana menurutmu?