Ratusan ribu mumi kucing banyak ditemukan di berbagai pemakaman Mesir Kuno, paling banyak ada di Tell-Basta, sebuah situs pemujaan utama Dewi Bastet.
Sebenarnya, peradaban Mesir Kuno memiliki beberapa hewan yang disembah dan dihormati hingga mereka mati seperti singa, anjing, hingga kucing. Hewan anjing dihormati karena kemampuannya dalam melindungi dan berburu bersama manusia, tetapi kucing justru dianggap sebagai sosok hewan paling istimewa.
Peranan singa dan kucing seringkali dianggap sama tetapi tidak sama, sekalipun mereka “bersaudara” dari famili Felidae. Jika kamu penasaran, bentuk apresiasi atas citra kucing dan singa turut dipamerkan di Galeri Museum Glencairn Mesir.
Pentingnya Eksistensi Kucing Di Zaman Mesir Kuno
Dilansir dari glencairnmuseum.org, masyarakat Mesir Kuno menggunakan kata “miu” atau “miut” (mirip dengan bagaimana suara kucing) untuk merujuk pada keberadaan hewan mengeong tersebut.
Awalnya, masyarakat yang tinggal di Lembah Nil memang selalu menghargai kehadiran anabul ini, dengan alasan mereka dapat mengendalikan populasi hama. Seiring berjalannya waktu, kucing-kucing Mesir Kuno ini menjadi hewan peliharaan yang begitu dimanjakan.
Saking dimanjanya, banyak ditemukan gambar kucing di dinding makam maupun prasasti pemakaman yang menunjukkan kucing-kucing tersebut duduk di dekat kursi pemiliknya. Ada pula kucing-kucing yang dikuburkan dengan cara khusus dan memiliki “nisan” bertuliskan nama mereka.
Penggambaran kucing Mesir Kuno yang begitu dihormati ini hampir sama dengan hewan sapi turut dimuliakan di India.
Menurut ancient-origins.net, meskipun kucing Mesir Kuno sangat dimuliakan tetapi bukan berarti masyarakat tersebut menyembah mereka. Seorang kurator dari pameran bertajuk Divine Felines: Cats of Ancient Egypt, Antonietta Catanzariti, mengemukakan bahwa “What they did is to observe their behavior”.
Hal tersebut juga disetujui oleh asisten profesor sejarah di Missouri State University, Julia Troche. Beliau mengatakan bahwa “Though it is hard to say the Egyptians thought one thing or another, since so much change happened across their 3,000+ years of history, the ancient Egyptians, in general, did not worship animals… Rather, [they] saw animals as representations of divine aspects of their gods.”
(Meskipun agak sulit mengatakan bahwa orang Mesir itu memikirkan satu atau hal lain, karena begitu banyak perubahan yang terjadi selama lebih dari 3.000 tahun ini, orang Mesir kuno secara umum tidak menyembah binatang… Sebaliknya mereka justru melihat hewan sebagai representasi atas aspek ketuhanan dari dewa-dewi mereka.)
Para arkeolog yakin bahwa kucing Mesir Kuno pertama kali dijinakkan justru untuk kebutuhan pengendalian hama. Pada masa itu, memang ada banyak hama seperti tikus hingga ular berbisa yang selalu merusak lumbung persediaan pangan.
Nah, saat kucing ini telah semakin akrab dengan peradaban manusia, maka berkembang pula lah Dewi Bastet yang tidak hanya menjadi dewi api, pelindung rumah, dan wanita hamil saja, tetapi juga dewi kucing. Dewi Bastet ini digambarkan sebagai sosok pelindung berkepala kucing yang mampu menarik keberuntungan dan mengusir roh jahat.
Orang-Orang Mesir Kuno Akan Mencukur Alisnya Ketika Kucingnya Mati
Masyarakat Mesir Kuno percaya bahwa kucing dapat membawa keberuntungan bagi pemiliknya. Itulah mengapa, orang-orang kaya pada zaman Mesir Kuno selalu berambisi untuk mendandani hewan peliharaan tersebut layaknya bangsawan. Begitupun saat kucingnya mati, tidak akan dikubur begitu saja, tetapi dimumikan.
Berhubung kucing juga merupakan makhluk hidup yang tidak akan memiliki umur selamanya, maka tentu saja suatu saat mereka akan mati. Nah, saat kucing-kucing tersebut mati, masyarakat Mesir Kuno tidak langsung menguburkan begitu saja.
Dilansir dari kids.nationalgeographic.com, sebagai tanda berkabung atas kematian kucing kesayangan mereka, para pemiliknya akan mencukur alisnya. Yap, para pemilik kucing ini akan terus berduka hingga alisnya tumbuh kembali. Tradisi ini berkembang secara pesat hingga menjadi bagian dari budaya dunia kuno, termasuk Mesir.
Ada pula kepercayaan bahwa ketika kucing Mesir Kuno mereka mati, maka hubungan persahabatan tersebut dapat dilanjutkan di akhirat kelak. Jadi, itulah alasan mengapa kucing yang telah mati tidak dikuburkan begitu saja, melainkan dimumikan dan bahkan ditempatkan di pemakaman yang sama dengan pemiliknya.
Saking dihormatinya eksistensi kucing, siapapun yang membunuh sosok anabul tersebut sekalipun tidak sengaja, maka akan dijatuhi hukuman mati!
Sumber:
https://www.ancient-origins.net/weird-facts/egyptian-cats-0018999
https://www.si.edu/exhibitions/divine-felines-cats-ancient-egypt%3Aevent-exhib-6188