Rekomendasi Kuliner
“Kalo ke Kudus, kuliner khas apa ya yang wajib dicicipi?” Lentog Tanjung! Jawaban pertama yang akan terus terucap untuk pertanyaan yang sama. Lentog Tanjung menjadi satu dari sekian banyak kuliner khas Kudus yang paling melekat dengan masyarakat. Lentog yang artinya lontong dan Tanjung adalah nama salah satu daerah di Kudus.
Kuliner ini penuh cerita sejarah di belakangnya. Konon, Lentog Tanjung ada karena pada zaman dahulu, Masyarakat Desa Tanjung dilarang untuk mengkonsumsi nasi untuk beberapa waktu. Jadi, mereka menggantinya dengan memasak lontong dengan ukuran besar yang kini dikenal dengan Lentog Tanjung.
Berbeda dengan lontong pada umumnya, Lentog Tanjung memiliki ukuran diameter yang lebih besar yakni seukuran betis orang dewasa. Karena ukuran yang begitu besar, dibutuhkan waktu hingga 4 jam untuk merebus lentognya.
Ukuran lentog yang super jumbo dan potongannya yang tidak simetris saat disajikan, menjadi ciri khas dari Lentog Tanjung itu sendiri. Disajikan pada piring dengan ukuran kecil yang diberi alas daun pisang, membuat Lentog Tanjung menjadi lebih sedap.
Perpaduan antara sayur nangka muda atau biasa disebut orang Kudus dengan sayur gori dan tahu yang dimasak dengan santan juga memberikan tambahan kenikmatan. Tidak lupa taburan bawang goreng dan kuah sambal yang semakin melengkapi kenikmatan Lentog Tanjung.
Kuliner Rakyat
Sumber gambar: www.shutterstock.com/image-photo/lentog-tanjung-traditional-foods-kudus-city
Kenikmatan Lentog Tanjung biasa dirasakan pada pagi hari sebagai menu sarapan yang mengenyangkan. Harga Lentong Tanjung yang murah dengan rasa yang nikmat dan keberadaannya yang mudah ditemui menjadikan ia sebagai hidangan favorit warga lokal. Dulunya lokasi penjual Lentog Tanjung hanya berada di Desa Tanjung Karang Kecamatan Jati. Namun, sekarang bisa ditemukan di setiap sudut Kota Kudus.
Ciri khas lain dari Lentog Tanjung adalah dari peralatan yang digunakan oleh penjual. Dimana penjual akan meletakkan lentog dagangannya pada dua keranjang besar yang terbuat dari anyaman rotan. Kemudian penjual duduk di tengah dua keranjang rotan tersebut. Pada umumnya warung Lentog Tanjung memiliki ukuran yang kecil, dengan jarak antara penjual dan pembeli begitu dekat sehingga dapat menciptakan obrolan yang membuat suasana semakin hangat.
Sering pula ditemui pembeli yang sudah lama merantau di luar Kota Kudus kemudian kembali ke tanah kelahiran hanya untuk membayar kerinduan atas kuliner rakyat yang legendaris ini. Selain rasanya yang nikmat, porsi penyajian yang tidak banyak sering kali membuat pembeli akan menghabiskan lebih dari satu porsi. Dengan memberikan kode “bu tambah” saja, penjual sudah paham maksudnya. Pembeli juga dapat meminta tambahan hanya setengah porsi saja, dan penjual akan melayaninya dengan senang hati.
Kenikmatan Lentog Tanjung
Walaupun sudah berkali-kali saya menikmati Lentog Tanjung tapi saya masih terus kesulitan untuk mendeskripsikan kenikmatannya dalam aksara. Lentog Tanjung akan terus menjadi kuliner rakyat legendaris bagi rakyat Kudus. Kerinduan untuk bisa merasakan kenikmatannya akan terus menghampiri setiap orang yang sedang jauh dari tanah kelahiran.
Saya akan terus merekomendasikan Lentog Tanjung sebagai kuliner yang harus teman-teman coba ketika bertandang ke Kudus. Rasanya sedikit tidak lengkap jika sudah mengunjungi Kudus tapi tidak menikmati kuliner lengendaris satu ini. Kenikmatan dari Lentog Tanjung akan menjadi salah satu yang melekat pada identitas kota Kudus dan membuat kalian ingin mengunjunginya kembali.