Dunia sepakbola mempunyai pemain legendaris seperti Lionel Messi. Balapan motor memiliki Valentino Rossi. Balapan mobil ada Michael Schumacher. Kemudian basket mempunyai Michael Jordan. Ranah esports pun juga tak mau ketinggalan. Mari kita berkenalan dengan Lee “Faker” Sang-hyeok, sang mid laner dari esports League of Legends.
Sepuluh tahun lalu, League of Legends menjadi MOBA game paling populer di dunia. Ruang obrolan dari Berlin hingga Beijing ramai membahas mengenai seorang gamer misterius dari Korea yang dikenal sebagai GoJeonPa yang mengobrak-abrik peringkat online. Pada 2013 itulah, GoJeonPa yang kini dikenal sebagai Faker merupakan pemain top League of Legends di server Korea.
GoJeonPa inilah yang membangun sejarah menjadi salah satu pro gamer esports paling berpengaruh di dunia.
The Unkillable Demon King dan The Greatest of All Time, itulah julukan abadi untuk sang legenda dari Korea Selatan ini. Pemain yang lahir di Seoul, 7 Mei 1996 ini menjadi satu-satunya pemain profesional League of Legends yang telah menyabet kejuaraan League of Legends World Championships sebanyak empat kali.
Sejak menjadi pemain profesional League of Legends dibawah naungan tim T1 sebagai ‘anak ajaib’ pada 2013, hingga kini Faker diakui sebagai pelaku esports tersukses sepanjang sejarah.
Tak hanya empat kali menjuarai League of Legends World Championships, Faker sejauh ini juga telah berhasil meraih sebanyak 10 kali LCK Champions, dua kali juara Mid-Season Invitational, satu kali meraih medali emas pada Hangzhou Asian Games 2022, dan LCK Awards Player of the Year 2023.
Dari Dragon Ball Menuju League of Legends
Orang tuanya membelikan PC pertamanya ketika menginjak usia delapan tahun, tetapi sebelumnya ia bermain game dengan cara yang sama seperti kebanyakan anak lainnya. Dia memainkan PlayStation dan beberapa konsol lainnya, serta menghabiskan kartrid ROMnya untuk bisa bermain serta menyimpan kenangan awalnya bersama teman-temannya untuk saling mengalahkan di Dragon Ball Z: Budokai.
Saat dirinya masih muda, sang mid laner tidak memiliki minat dalam bermain game secara kompetitif. Bermain di depan banyak orang atau dihadapkan pada jutaan penonton online tidak pernah terpikirkan olehnya.
Namun, pada 2011, ketika masih di sekolah menengah, Faker menemukan League of Legends. Meskipun pada awalnya tidak mengagumi atlet esports lain, namun, ia terinspirasi oleh “HooN,” mantan mid laner Edward Gaming, dan panduannya tentang Ryze, champion League of Legends. Hal ini membawanya menuju kompetisi profesional, di mana dirinya terus meningkat dan akhirnya mencapai peringkat No. 1 di server.
Sebelum menandatangani kesepakatan dengan SK Telecom pada 2013, sang mid laner tidak banyak berbicara dengan orang tuanya tentang menjadi gamer profesional. Meskipun mereka tidak langsung mendukung, mereka memberinya kebebasan dalam mengejar impian, meskipun menyadari fluktuasi dalam lingkungan esports. Meskipun demikian, Faker merasa hingga saat ini segalanya berjalan dengan baik.
Runtuhnya Kejayaan SK Telecom di Tahun 2017 & 2018

Faker telah membangun dinasti pada SK Telecom dengan berhasil membawa tiga kali kejuaraan Worlds di tahun 2013, 2015, dan 2016. Setelah Rift Rivals 2017, sang mid laner mulai menerima kritikan langsung dari para penggemar. Dikala itu, Demon King mengatakan dengan percaya diri bahwa ia yakin tidak ada region yang bisa menandingi LCK. Namun, performa Faker justru dipertanyakan di sini karena performa game yang tidak cukup terorientasi.
SK Telecom mengalami kekalahan telak di final World Championship 2017 setelah melawan Samsung Galaxy dengan skor sapu bersih 3-0. Hal tersebut membuat mentalitas sang mid laner tampak jatuh.
Pada Spring 2018, kemerosotan Faker masih berlanjut bahkan banyak yang mengatakan bahwa 2018 merupakan tahun terburuk bagi SK Telecom sekaligus tahun terburuk dalam sejarah karir sang mid laner.
Kritik terbesar yang diterima Faker adalah recallnya yang buruk. Beberapa kali ketika permainan berlangsung, sang mid laner melakukan recall di lokasi yang berbahaya sehingga ia mengalami death sebanyak tujuh kali. Hal tersebut juga menjadi penyebab SK Telecom gagal dalam turnamen.
Penggemar begitu khawatir bahwa ini adalah momen yang krusial dalam karier Demon King. Ia duduk di bangku cadangan menjadi begitu sering, tak seperti biasanya, dan kekhawatiran semakin berlanjut seiring dengan berlalunya pertandingan. Sang mid laner ternyata memiliki masalah pada sinergi tim, bukan pada performa individunya.
Demon King dan Para Generasi Muda

Faker telah melewati begitu banyak lika-liku setelah tragedi besar di dua tahun tersebut. SK Telecom yang pada 2020 resmi berganti nama menjadi T1 memutuskan untuk mendebutkan beberapa pemain akademi. Beberapa ‘uji coba’ dilakukan namun tak kunjung membuahkan hasil yang memuaskan.
Di tahun 2022, T1 mengumumkan roster baru yang akan menemani sang mid laner, terdiri dari top laner Choi “Zeus” Woo-je, jungler Moon “Oner” Hyeon-joon, ad carry Lee “Gumayusi” Min-hyeong, dan support Ryu “Keria” Min-seok. T1 meyakini dan memberi janji kepada para penggemar bahwa roster ini adalah roster terbaik setelah era kejayaan SK Telecom.
Janji itu terbukti pertama kalinya dalam turnamen LCK Spring 2022 di mana T1 berhasil mencetak sejarah dengan klasemen undefeated dengan skor 18-0. Kemudian tanpa ragu resmi meraih juara final LCK Spring 2023 melawan GenG dengan skor 3-1. Momen ini sekaligus menjadi peraihan kejuaraan kesepuluh kalinya untuk SK Telecom/T1 dalam kompetisi domestik.
Demon King sebenarnya bukanlah pemeran utama di kala para pemain muda ini menjejak kaki dalam kompetisi. Pemain-pemain muda inilah yang justru menjadi pusat perhatian para penggemar, casters, dan analysts karena performa serta bakatnya yang luar biasa.
Janji dalam turnamen internasional hampir dipenuhi. Sayangnya, T1 harus menampung impian untuk juara dalam kompetisi internasional setelah menduduki runner up dalam turnamen Mid-Season Invitational (MSI) dan World Championship di tahun yang sama.
‘Kutukan’ runner up itu masih berlanjut di kala kompetisi domestik musim Spring & Summer 2023.
Permasalahan terbesar pada musim Summer di tahun yang sama yaitu sang mid laner mengalami cedera pada tangan kanannya. Hal ini menghebohkan seluruh penggemar League of Legends, termasuk penggemar T1 itu sendiri.
Faker terpaksa absen dalam beberapa pertandingan, digantikan oleh mid laner akademi, Yoon “Poby” Seong-won. Sayangnya, dengan ketidakhadiran Demon King, performa seluruh pemain muda ini tampak anjlok.
Para penggemar mulai mengkhawatirkan perpanjangan kontrak pemain-pemain muda ini karena performanya yang naik-turun.
Patahnya ‘Kutukan’ T1
Hingga akhirnya, ‘kutukan’ itu berhasil dipatahkan. Tim yang diakui sebagai yang terbaik dalam sejarah turnamen League of Legends ini meraih kejuaraan World Championship di tahun 2023 setelah melawan tim perwakilan LPL (Tiongkok), Weibo Gaming dengan skor 3-0. Hal tersebut sekaligus menjadi peraihan keempat Summoner’s Cup untuk Faker dan SK Telecom/T1.
Sang mid laner dan T1 harus menunggu momen ini selama hampir tujuh tahun setelah era kejayaan.
Setelah kembali mengangkat Summoner’s Cup dalam keempat kalinya, Demon King pada konferensi pers pasca final World Championship 2023 mengatakan ia berencana untuk terus berkompetisi.
“Karena saya masih terikat kontrak, saya pikir saya akan masih bekerja sama dengan T1. Saya akan tetap bekerja keras untuk tahun-tahun yang tersisa dan membuat rencana pensiun nanti.” ucap sang mid laner.
Baca Juga: She Said, The Salty Fried Chicken
Referensi:
- https://www.theplayerstribune.com/articles/faker-league-of-legends-worlds-unkillable
- https://www.redbull.com/car-en/faker-t1-league-of-legends-profile
- https://www.invenglobal.com/articles/5825/the-history-of-fakers-slumps
- https://www.invenglobal.com/articles/15864/official-t1s-2022-lck-roster-revealed-zeus-oner-faker-gumayusi-keria-asper
- https://www.forbes.com/sites/mikestubbs/2023/07/05/t1-league-of-legends-team-benches-faker-due-to-injury/amp/
- https://newsroom.ap.org/editorial-photos-videos/detail?itemid=7ef59191ce134bb2b475a45f39c213f6&mediatype=video