Film Coco yang merupakan besutan Pixar Animation Studios ini rilis pada tahun 2017, yang ternyata mengandung banyak citra budaya dan tradisi leluhur dari tanah Meksiko. Siapa sangka, tradisi Día De Los Muertos alias Hari Raya Kematian itu memang benar adanya dirayakan di Meksiko dan bahkan telah menjadi hari raya internasional.
FYI, tradisi Día De Los Muertos ini telah masuk pada daftar Warisan Budaya Takbenda versi UNESCO di tahun 2008.
Nah, pada film Coco ini menceritakan tentang bagaimana perjalanan seorang anak laki-laki berusia 12 tahun bernama Miguel yang ingin sekali mengabdikan hidupnya untuk menjadi musisi. Sayangnya, keluarga mereka一terutama sang Nenek, tak pernah merestui hal tersebut dan bahkan terang-terangan mengatakan “No Music” karena percaya bahwa keberadaan musik akan membahayakan keluarga mereka.
Suatu hari, Miguel menemukan fakta bahwa kakek buyutnya adalah seorang musisi hebat pada zamannya. Hal tersebut menjadikan Miguel bersemangat untuk mengejar mimpinya lebih jauh. Alhasil, Miguel sendiri justru terjebak pada sebuah Land of the Dead alias Dunia Orang Mati.
Sesuai dengan namanya, Land of the Dead berisikan para arwah dan mereka berhak ‘mengunjungi’ keluarganya di dunia manusia dengan satu syarat. Yap, syarat tersebut berkenaan dengan tradisi Día De Los Muertos, yakni dimana para keluarga yang ditinggalkan oleh mendiang harus tetap memperingati kematiannya.
Para keluarga yang ditinggalkan ini harus berkumpul untuk mendoakan dan mengenang kepergian mendiang. Dipercaya bahwa tradisi ini dapat melancarkan arwah mendiang saat perjalanan spiritual mereka di dunia akhirat.
Lantas, bagaimana jika para keluarga yang ditinggalkan tidak menggelar tradisi Día De Los Muertos? Tentu saja, arwah mereka yang ada di Land of the Dead tidak dapat berkunjung ke bumi. Nah, itulah yang terjadi pada Hector, seorang arwah yang semasa hidupnya dikhianati oleh rekannya sendiri sehingga tak dapat pulang ke keluarganya.
Plot twist, Hector adalah kakek buyut Miguel yang merupakan musisi hebat pada zamannya.
Jika dilihat secara lebih dekat, tradisi Día De Los Muertos ini hampir sama ya dengan upacara pengajian tahlilan yang mayoritas dilakukan di Tanah Jawa. Kesamaan lainnya adalah tradisi Día De Los Muertos ini pun juga dilakukan lebih dari 1 hari.
8 Sorotan Utama Dalam Tradisi Día De Los Muertos
Dilansir dari abc7chicago.com, pembuatan film Coco ini tentunya tidaklah main-main. Lee Unkrich yang notabene merupakan sang sutradara film Coco mengakui bahwa filmnya tersebut terinspirasi dari kunjungan keluarganya yang berasal dari Meksiko pada tahun 2011. Alhasil, terbesitlah ide untuk menggaungkan tradisi Día De Los Muertos ini dalam film animasinya.
Pada proses awal pembuatan film Coco, pihak studio Pixar mengkhawatirkan tentang suasana kematian dan kesedihan dari tradisi Día De Los Muertos ini. Mengingat film animasi ini biasanya ditonton oleh anak-anak dan khawatir akan menimbulkan kesedihan mendalam bagi penontonnya karena tradisi tersebut berkenaan pada upacara doa untuk arwah yang telah meninggal. Namun setelah ditelusuri lebih dalam, justru tradisi Día De Los Muertos ini lebih mirip perayaan dengan tujuan untuk menjaga kenangan dari mendiang supaya tetap hidup.
1. Altars
Di Meksiko, tradisi Día De Los Muertos ini umumnya akan diperingati pada 2 November yang bertepatan dengan All Souls Day alias Hari Semua Jiwa dalam agama Kristen. FYI, mayoritas masyarakat Meksiko memang menganut agama Kristen.
Nah, saat perayaan Día De Los Muertos ini, para anggota keluarga yang ditinggalkan akan mulai mendirikan altar sejak seminggu sebelum tradisi dimulai. Altar ini berupa meja yang kemudian ditutup kain dengan warna tertentu.
Setelah itu, altar tersebut akan diisi beberapa makanan dan minuman persembahan. Masyarakat Meksiko percaya bahwa makanan dan minuman tersebut akan dianggap sebagai sambutan kepada arwah mendiang yang ‘berkunjung’ pada hari Día De Los Muertos ini.
Ada pula lilin yang sengaja dipasang di altar dengan tujuan dapat membimbing arwah mendiang supaya dapat ‘berkunjung’ ke dunia ini. Uniknya, ada beberapa keluarga yang menciptakan altar persembahan ini dengan 3 tingkat sebagai simbol akan langit, bumi, dan api penyucian.
Elemen-elemen lain yang biasanya ada di altar adalah bunga marigold berwarna oranye, gula-gula berbentuk tengkorak, kertas warna-warni yang dilubangi, roti Day of the Dead khas Meksiko, dan dupa. Jangan lupakan pula foto orang yang telah meninggal tersebut dipasang di bagian tengah altar.
Pada film Coco pun, foto-foto orang yang telah meninggal memainkan peran besar karena secara tidak langsung dapat mengungkap bagaimana rahasia masa lalu mereka. Jika ada foto orang yang meninggal masih terpasang di altar suatu rumah, artinya para anggota keluarga tidak melupakan kenangan mendiang.
2. Bunga Marigold alias Cempasuchil
Seperti yang ditulis sebelumnya, bunga marigold yang berwarna oranye ini menjadi simbol khusus untuk tradisi Día De Los Muertos. Yap, di Meksiko sana rasanya tidak akan afdol jika tradisi leluhur tersebut tidak terdapat bunga ini.
Sejak zaman peradaban Aztec pun, eksistensi bunga Marigold yang berwarna oranye terang ini melambangkan matahari sebagai pusat tata surya Bimasakti.
Konon, aroma dari bunga Marigold ini sangat khas sehingga dapat memandu sang arwah untuk kembali dan ‘berkunjung’ ke dunia kehidupan. Uniknya, bunga Marigold memang mekar saat tradisi Día De Los Muertos ini dirayakan sehingga akan senantiasa digunakan untuk menghiasi altar.
Saat bunga Marigold yang ada di altar terkena pancaran cahaya lilin, maka warna oranye-nya akan begitu menyala, terutama saat malam hari. Nah, hal tersebut lah yang menjadi inspirasi para tim pembuat film Coco untuk merealisasikan jembatan Marigold.
Pada film Coco, jembatan Marigold akan menghubungkan 2 dunia yakni dunia arwah dengan dunia manusia. Filosofi ini didasarkan pada mitologi Meksiko bahwa kelopak bunga Marigold dapat mewakili sebuah jalan untuk para arwah ‘berkunjung’ menuju keluarga mereka.
3. Kertas Tisu Papel Picado
Elemen yang harus ada di meja altar untuk tradisi Día De Los Muertos ini adalah papel picado alias kertas tisu warna-warni yang dilubangi. Fungsi papel picado ini adalah untuk dekorasi dan desainnya pun sangat beragam.
Pada zaman dahulu, dipercaya bahwa suku Aztec selalu menggantungkan kertas di atas altar untuk melambangkan angin. Kertas-kertas tersebut memuat gambaran sosok dewa dan kemudian secara turun-temurun digunakan dalam tradisi Día De Los Muertos ini.
Papel picado versi modern tentunya memiliki desain yang beragam, khususnya terdapat bentuk tengkorak dan bunga. Biasanya, papel picado akan dijual secara bebas dengan berbagai warna.
Papel picado berwarna ungu melambangkan duka dan warna kuning melambangkan kesucian.
Pada film Coco, papel picado muncul saat awal terutama ketika Miguel menceritakan bagaimana latar belakang anggota keluarganya dan alasan mengapa musik sangat dianggap tabu bagi keluarganya.
4. Tengkorak Calavera
Berhubung tradisi Día De Los Muertos ini sangat simbolik di Meksiko, maka ada banyak penggambaran tengkorak manusia yang disebut sebagai calavera. Itulah mengapa, di film Coco ada banyak representasi tengkorak calavera ini untuk menggambarkan para arwah yang telah meninggal dunia.
Diketahui bahwa penggambaran tengkorak manusia alias calavera ini pertama kali diperkenalkan melalui karya seni milik Jose Guadalupe Posada pada akhir tahun 1800-an, tepatnya menjelang Revolusi Perancis. Jose Guadalupe Posada adalah seorang ilustrator bergenre satir yang selalu menggambarkan tokoh politik sebagai tengkorak.
Nah, sejak saat itulah, penggambaran tengkorak manusia calavera menjadi salah satu bentuk kesenian rakyat Meksiko.
Jika kamu menonton lagi film Coco, pasti akan terlihat bahwa tim studio memodifikasi karakter-karakter yang telah meninggal dengan bentuk tengkorak manusia. Khususnya pada bentuk pakaian yang tidak menembus tulang tengkorak para arwah.
Sebenarnya, bentuk mata pada calavera yang asli memiliki lubang hitam. Namun karena film Coco ini memang target pasarnya adalah para anak-anak, maka karakternya yang berupa calavera memiliki sorot mata dan alis yang besar supaya lebih menunjukkan emosi mereka.
5. Patung Kayu Alebrijes
Hal kelima yang disorot pada tradisi Día De Los Muertos adalah keberadaan patung ukiran kayu bernama Alebrijes. Dilansir dari wikipedia, patung kayu Alebrijes pertama kali dicetuskan oleh seorang seniman bernama Pedro Linares asal Meksiko pada tahun 1930-an.
Pada saat itu, Linares jatuh sakit dan terus-terusan mengalami mimpi buruk akan kehadiran binatang-binatang aneh. Mulai dari keledai bersayap kupu-kupu, ayam jantan dengan tanduk banteng, hingga singa berkepala elang. Binatang-binatang tersebut bahkan dapat berbicara dan hanya meneriakkan satu kata saja yakni “Alebrijes”.
Setelah Linares sembuh, dirinya pun langsung menciptakan patung ukiran kayu berbentuk binatang-binatang aneh, salah satunya makhluk Chimera. FYI, makhluk Chimera adalah makhluk mitologi Yunani yang memiliki 3 wujud binatang yakni ular, kambing, dan singa.
Pembuatan patung Alebrijes yang pertama kali dibuat oleh Linares menggunakan bahan dasar kertas, potongan-potongan kertas, dan lem engrudo (campuran tepung terigu dan air). Hasil seni Linares tersebut kemudian dipajang di rumahnya.
Saking terkenalnya, sejak tahun 2007 pun masyarakat Meksiko selalu merayakan festival Alebrije dengan lebih dari 130 patung alebrije raksasa. Patung-patung raksasa tersebut terbuat dari berbagai jenis bahan seperti kayu, karton, kertas, dan dipadukan dengan warna-warna cerah.
Nah, dalam film Coco, keberadaan patung Alebrijes ini digambarkan sebagai penjaga spiritual. Karakter Alebrijes yang paling terkenal adalah Pepita, makhluk berwujud singa dengan sayap dan kaki belakang berupa burung elang. Pepita digambarkan sebagai makhluk yang memandu Mama Imelda, nenek buyut Miguel.
6. Tradisi Día De Los Muertos Berbeda Dengan Halloween
Bagi masyarakat awam, pasti akan langsung berpikir bahwa tradisi Día De Los Muertos itu sama dengan Halloween. Padahal sebenarnya, kedua perayaan tersebut berbeda lho, meskipun sama-sama menampilkan penggambaran tengkorak manusia dan dirayakan dengan penuh kebahagiaan.
Perbedaan pertama adalah hari diselenggarakannya perayaan tersebut. Tradisi Día De Los Muertos umumnya dirayakan pada 31 Oktober sampai 2 November. Sementara itu, hari Halloween hanya dirayakan pada 31 Oktober saja.
Perbedaan kedua adalah masyarakat yang merayakannya. Berhubung tradisi Día De Los Muertos menjadi budaya turun-temurun di Meksiko, maka mayoritas yang merayakannya adalah masyarakat Meksiko. Sementara itu, hari Halloween lebih dianggap sebagai perayaan universal yang seluruh masyarakat dunia dapat memperingatinya dengan berbagai event.
7. Tradisi Día De Los Muertos Dipercaya Sebagai Peninggalan Mesoamérica
Dilansir dari surfandsunshine.com, siapa sangka bahwa ternyata tradisi Día De Los Muertos merupakan peninggalan peradaban Mesoamerica, termasuk bangsa Aztec, Maya, dan Toltec. Yap, ketiga peradaban tersebut dipercaya memiliki hari khusus untuk memperingati arwah orang yang telah meninggal dunia.
Nah, setelah orang Spanyol datang ke wilayah Mesoamerica, ritual tersebut tetap dilaksanakan tetapi diselingi dengan 2 hari libur nasional di Spanyol, yakni All Saints Day (Hari Orang Kudus) pada 1 November dan All Soul’s Day (Hari Semua Jiwa) pada 2 November.
Tradisi Día De Los Muertos ini sendiri dirayakan pada 1 November dengan tujuan untuk mengenang arwah anak-anak yang telah meninggal dunia. Sementara pada tanggal 2 November, barulah tradisi Día De Los Muertos diberlakukan untuk menghormati arwah orang dewasa yang meninggal dunia.
Saking ramainya, tradisi Día De Los Muertos yang awalnya berkembang di Meksiko kemudian menyebar hingga wilayah lain seperti Amerika Tengah, Amerika Selatan, hingga Amerika Serikat sekalipun.
8. Kota Guanajuato Yang Bersejarah
Pada film Coco, Miguel melakukan perjalanan ke dunia arwah saat dirinya tengah berada di makam De La Cruz. Setelah sampai di Land of the Dead alias dunia arwah, Miguel bertemu dengan berbagai arwah dan beberapa kerabatnya yang telah meninggal dunia.
Usut punya usut, ternyata penggambaran Land of the Dead tersebut disamakan dengan keberadaan kota Guanajuato yang ada di Meksiko Tengah. FYI, kota Guanajuato ini adalah kota bersejarah di Meksiko dengan arsitektur kolonial dan balkon di berbagai bangunannya.
Saking bersejarahnya, pada tahun 1988 silam, pihak UNESCO telah menyatakan bahwa kota Guanajuato yang telah ditemukan sejak abad ke-16 ini menjadi salah satu Situs Warisan Dunia!
Find Out More About:
Pada film Coco, ada banyak penggambaran karakter berupa tengkorak berwarna-warni untuk mempresentasikan bagaimana konsep kehidupan maupun kematian mereka.
- Warna merah melambangkan kehidupan dunia.
- Warna merah muda melambangkan kebahagiaan.
- Warna ungu melambangkan tindakan berkabung.
Itulah mengapa, karakter nenek buyut Miguel yakni Imelda Rivera digambarkan mengenakan pakaian ungu. Sebagai wujud melambangkan kesedihan dalam dirinya yang masih berkabung setelah ditinggal Hector, sang suami.
Sumber:
Gatt, Christabelle. (2020). Symbols and Concept of Death in The Animation Movie ‘Coco’: A Study with Primary School Children (https://www.um.edu.mt/library/oar/bitstream/123456789/78169/1/20MTL024.pdf)
https://www.surfandsunshine.com/5-things-you-should-know-about-coco-and-day-of-the-dead/
https://abc7chicago.com/the-language-of-coco-pixar-movies-new-walt-disney-world/2524370/