Di era yang apa-apa serba lewat aplikasi, kayaknya kita udah terbiasa ya menggunakan aplikasi buat kehidupan sehari-hari. Nah, dari semua aplikasi yang udah kamu gunakan, pernah nggak kamu merasa terbantu karena pesan atau instruksinya? Atau malah kadang malah terhibur karena pesan di dalammnya yang lucu dan asik, jadi serasa ngobrol langsung sama temen kita sendiri? Contohnya kayak aplikasi Gojek.
Ternyata semua pesan dan notifikasi yang ada di aplikasimu nggak dibikin asal-asalan. Semuanya dibuat menggunakan ilmu UX writing? Hmm apa itu UX writing? Buat kamu yang belum familiar, yuk simak arti dan penjelasan lengkapnya di bawah ini.
Apa itu UX Writing?
Apa itu UX writing?
UX writing merupakan singkatan dari user experience writing. Secara harfiah, UX writing adalah menulis untuk menciptakan pengalaman yang nyaman dan memudahkan orang-orang yang membaca tulisan itu.
Di dunia digital product, UX writing adalah proses menulis teks untuk aplikasi (bisa juga website atau software), yang tujuannya untuk membantu pengguna supaya bisa menggunakan produk dengan mudah dan menyenangkan.
Teks yang dimaksud di sini adalah semua komponen teks yang ada di aplikasi ya, termasuk teks yang paling simpel sekalipun, misalnya teks di tombol aplikasi dan nama menu. Teks ini, dalam dunia UX writing, disebut dengan microcopy.
Mengapa UX Writing Penting?
Salah satu contoh UX writing pesan error dari aplikasi Gojek
Setelah kita tahu apa itu UX writing, lalu mengapa UX writing ini penting, terutama di aplikasi?
Bayangkan kalau sebuah aplikasi nggak menerapkan UX writing. Mungkin kita bakal kebingungan sama pesan error yang isinya teknis banget dan belum tentu kita paham. Bukannya nyaman, yang ada kita malah panik sendiri dan kesal. Pengalaman kita sebagai pengguna aplikasi pun jadi kacau.
Karena itu, UX writing yang baik bisa membantu kita sebagai pengguna agar bisa menyelesaikan tujuan kita di aplikasi. Selain itu, kita jadi lebih percaya dan nyaman dengan aplikasi itu.
Nggak cuma untuk penggunanya, UX writing juga punya peran besar untuk perusahaan pemilik aplikasi karena bisa meningkatkan loyalitas pengguna dan meningkatkan konversi.
Perbedaan UX Writing dan Copywriting
Sumber: lucianoviterale.com
Karena sama-sama berkutat dengan kata-kata, terkadang UX writing dan copywriting sering dianggap sama. Padahal, dua bidang ini punya tujuan yang berbeda.
Baca juga: Kegiatan Marketing Itu Ngapain Aja Sih? Ayo Kita Kenalan
Biar lebih kebayang, kita analogikan dua bidang ini sebagai manusia. Copywriting itu ibarat orang yang mengajak kamu untuk melakukan sesuatu. Misalnya dia ngajak kamu beli sebuah produk karena keunggulan ini dan itu. Sementara itu, UX writing itu seperti pemandu yang mengarahkanmu supaya sampai ke tempat yang dituju.
Karena peran dan tujuannya berbeda, gaya komunikasinya pasti beda. Copywriting lebih persuasif dan proaktfif. Kata-kata yang dipilih akan lebih menarik, bahkan triggering. Beda dengan UX writing, gaya bahasa yang dipilih lebih to the point agar arahan lebih mudah dipahami oleh kita.
Nggak sekadar to the point, setidaknya ada 3 prinsip yang jadi sifat dasar UX writing. Apa saja itu?
3 Prinsip Dasar UX Writing
Agar tercipta user experience yang ideal, ada 3 prinsip UX writing yang wajib diterapkan, yaitu:
- Clear: pesan yang disampaikan harus jelas, menggunakan istilah yang konsisten, dan menghindari jargon atau istilah yang kurang awam.
- Concise: pesan harus to the point, tidak berbelit-belit.
- Useful: seperti tujuan utama UX writing, pesan yang disampaikan harus membuat pengguna lebih terbantu.
Kenalan dengan UX Writer
Ada profesi tersendiri yang khusus menangani bidang UX writing ini, yaitu UX Writer. Walaupun pekerjaan utama UX Writer adalah menulis kata-kata untuk aplikasi, sebenarnya pekerjaan mereka lebih dari itu. Mereka harus:
- Riset pengguna, termasuk kebutuhan, perilaku, dan preferensi mereka.
- Menentukan goals di tiap microcopy, entah itu untuk menginformasikan, memandu, atau membujuk, atau konversi penjualan.
- Memilih kata-kata yang useful. Nggak bisa tuh sembarang pilih kata-kata yang cuma dirasa menarik dan kreatif.
- Menulis dengan jelas dan ringkas. Nggak boleh berbelit-belit.
- Menjaga konsistensi pilihan kata dan gaya bahasa di keseluruhan aplikasi.
- Berkolaborasi dengan tim produk (seperti UI/UX Designer dan Product Manager) dan Developer.
Mau Jadi UX Writer, Gimana Caranya?
Sumber: UX Writing Hub
Mungkin setelah baca artikel ini, ada yang ingin menjajal dunia UX writing? Buat yang tertarik menekuni bidang ini, berikut beberapa langkah awal yang bisa kamu ikuti.
- Pelajari dasar-dasarnya, baik online maupun offline. Ada banyak course, buku, bahkan artikel online tentang UX writing yang bisa kamu pelajari.
- Berlatih menulis: Semakin sering berlatih, semakin baik juga kemampuanmu. Kamu bisa mulai dengan menganalisis dan memperbaiki microcopy di aplikasi-aplikasi yang kamu punya saat ini.
- Buat portofolio: Mungkin sebagai pemula, kamu belum memiliki real project UX writing. Tapi kamu bisa gunakan hasil latihanmu selama ini sebagi dummy project untuk portfolio.
- Gabung komunitas: Mulai dari komunitas online hingga offline, kamu bisa bertemu dengan UX Writer lain dan belajar bersama mereka.
Baca juga: Suka Duka Pengalaman Jadi UX Writer
Itu dia serba-serbi apa itu UX writing, mulai dari definisi hingga profesi. Dari sini kita jadi tahu, experience yang baik dan nyaman bagi pengguna itu penting untuk keberhasilan sebuah produk aplikasi. Ada yang tertarik di bidang ini? Atau punya insight lain tentang UX writing? Boleh yuk share dan diskusi di kolom komentar.