Sharing is caring. Tapi kalau oversharing?
Siapa di sini yang suka bermain media sosial seperti Facebook, Twitter, dan Instagram? Aplikasi tersebut membuat diri kita dengan mudah terhubung dengan banyak orang di dunia. Bahkan dengan mudah kita memposting kegiatan sehari-hari kita, hal-hal pribadi, bahkan menceritakan apa yang sedang kita alami baik sedih maupun senang. Intinya segala hal yang menyangkut diri kita dengan mudah kita posting tanpa memikirkan hal-hal yang akan terjadi di kemudian hari.
Namun, tahukah kamu ketika kita berlebihan dalam membagikan informasi tentang diri kita, justru membuat kita menjadi oversharing hingga tidak lagi mempunyai batasan privasi untuk diri kita sendiri. Dilansir dari kumparan.com, oversharing adalah perilaku seseorang yang terlalu banyak atau terlalu detail membagikan informasi tentang dirinya atau bahkan tentang kehidupan pribadi kepada orang lain.
Memang oversharing ini terkadang tidak disadari karena kita menganggap hal tersebut lumrah dilakukan oleh orang-orang yang menggunakan sosial media. Tetapi alangkah lebih baik, jika kita mulai menyeleksi apa yang pantas untuk dibagikan dan apa yang tidak. Lalu, alasan apa sih sebenarnya yang membuat seseorang oversharing di sosial media?
Tidak Pernah Didengarkan
Seseorang yang sering menumpahkan segalanya di sosial media, besar kemungkinan di kehidupan nyata tidak pernah didengar. Segala keluh kesah yang dimiliki sering diabaikan. Apalagi dalam masa-masa remaja, mereka ingin sekali didengarkan terlebih dengan orang tua mereka. Namun, jika orang tua sibuk maka mereka akan mencari perhatian lain, salah satunya berbagi di media sosial yang dianggap sebagai kebebasan. Di sini mereka dapat mengekspresikan diri dengan lebih bebas.
Mencari Validasi
Validasi adalah keadaan saat kita begitu membutuhkan pengakuan atau pujian dari orang lain. Kita semua pasti mendambakan yang namanya validasi, bukan? Ingin dipuji, diakui, didukung oleh orang lain. Memang itu semua tidak ada salahnya. Namun, akan menjadi masalah jika sudah berlebihan. Terlalu mengandalkan validasi dari orang lain dapat membuat diri kita kecewa karena reaksi mereka yang terkadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Jadi, sangat penting untuk memulai memvalidasi diri kita sendiri daripada mengandalkan reaksi orang lain.
Semangat Bersaing yang Tinggi
Alasan ini juga yang menyebabkan oversharing di media sosial. Mereka beranggapan jika mengumumkan tujuan ke publik dan diketahui banyak orang, maka akan lebih mungkin untuk mencapai tujuan tersebut. Mereka merasa bahwa motivasinya begitu meningkat jika tujuannya diketahui oleh banyak orang yang dianggapnya lebih unggul.
Jika oversharing terus menerus dilakukan, tentu akan memberikan dampak buruk bagi kita. Mulai dari menurunnya produktivitas, hingga meningkatnya gangguan mental.
Produktivitas Menurun
Hal ini bisa terjadi ketika kita sudah terbiasa membagikan banyak hal di media sosial. Kita berusaha untuk terus menerus update apa yang sedang kita lakukan. Akibatnya, pekerjaan yang seharusnya bisa selesai tepat waktu malah terabaikan karena kita terlalu fokus pada media sosial.
Menimbulkan Rasa Cemas
Dengan selalu update media sosial, pastinya kita juga melihat banyak pencapaian-pencapaian orang lain yang pada akhirnya membuat kita cemas. Alhasil, kita jadi membandingkan diri kita dengan orang lain. Padahal kita sendiri pun tahu bahwa setiap orang memiliki kelebihannya sendiri untuk meraih apa yang diinginkan.
Gangguan Mental Meningkat
Ketika kita memposting sesuatu, kita pasti mengharapkan reaksi positif dari orang lain. Namun, ketika kita mendapatkan reaksi yang sebaliknya atau negatif maka kita akan terus kepikiran lalu overthinking dan berakhir dengan terganggunya kesehatan mental.
Baca juga: Kenali Perbedaan Workhard dengan Workaholic, Kamu Tipe yang Mana?