Siapa yang tidak asing dengan istilah culture shock? Kalian tahu nggak apa itu culture shock? Culture shock atau gegar budaya merupakan peristiwa yang terjadi pada seseorang di tempat, kota, atau negara baru dimana mereka akan merasa minoritas, berbeda, dan “kaget” terhadap perbedaan nilai-nilai kebudayaan.
Singkatnya, culture shock itu reaksi dari seorang pendatang baru terhadap perbedaan budaya. Reaksi yang dimiliki bisa bermacam-macam, seperti aneh, penasaran, sedih, kesepian, dan sebagainya.
Kok bisa ada culture shock? Kenapa harus kaget ketemu budaya baru? Hal ini normal terjadi dan bisa terjadi kepada siapa saja, termasuk diri kita sendiri.
Ketika seseorang dengan budaya yang dimilikinya sejak kecil berada di lingkungan yang baru, dia akan heran jika menemukan kebiasaan warga setempat yang berbeda dari apa yang biasa dia lakukan. Orang Amerika bakal shock ketika tiba di Indonesia pertama kali karena budaya makan pakai tangan yang kita punya.
Hal ini yang dialami CeCe, salah satu tokoh utama dalam novel She Smells Of Turmeric karya Natasha Sondakh. Novel tersebut menceritakan pengalaman culture shock dari CeCe ketika pertama kali mendarat di Jakarta. Uniknya, CeCe itu wanita Indonesia asli, loh, guys!
Penasaran nggak kenapa dia bisa kena culture shock padahal dia kan tiba di negaranya sendiri? Di artikel ini kita akan bahas kenapa dia shock dengan budayanya sendiri dan apa aja yang bikin dia kaget sama budaya orang Indonesia. Disimak, ya!
Kenapa CeCe bisa shock sama budaya Indonesia? CeCe bisa mengalami culture shock di negaranya sendiri karena ia lahir dan tinggal di Los Angeles bersama kedua orang tuanya. Secara fisik dia bisa disebut sebagai orang Indonesia, tapi tidak dengan budaya yang ia pegang. Fun fact, CeCe bahkan tidak bisa ngomong bahasa Indonesia sama sekali, loh.
Lalu, apa saja yang bikin dia kaget sama budayanya sendiri?
Dilarang pakai sepatu di dalam rumah
Bukan hal yang biasa bagi orang Indonesia menggunakan sepatu di dalam rumah. Selain bisa membuat lantai rumah kotor, menggunakan sepatu di dalam rumah dianggap kurang sopan. Itulah yang dialami CeCe ketika ia tiba di rumah neneknya di Jakarta. Ia tidak tahu sama sekali bahwa orang Indonesia cenderung melepas sepatu setelah bepergian dan nyeker di dalam rumah.
Macetnya kota Jakarta
Jakarta dan macetnya sudah menjadi hal yang normal bagi penduduknya. Sebaliknya, bagi pendatang yang baru pertama kali merasakan macetnya Jakarta nggak akan berhenti berpikir kenapa di setiap sudut Jakarta selalu ada macet. Hal itu yang dirasakan CeCe ketika ia pertama kali tiba di Jakarta. CeCe dijemput oleh sopir pribadi neneknya di bandara.
Dalam perjalanan ke rumah Oma Shaan, neneknya, ia bertemu dengan kemacetan kota Jakarta yang membuatnya berpikir macet di Los Angeles jauh lebih baik daripada Jakarta.
Ngga ngerti apa itu jayus
Salah satu hal yang bikin culture shock adalah bahasa yang digunakan. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, CeCe tidak bisa bicara bahasa Indonesia, yang mana sulit bagi dia untuk bersosialisasi dengan orang Indonesia, termasuk teman-teman barunya.
Suatu ketika ia sedang nongkrong bersama teman-temannya, salah satu temannya melontarkan satu kata kepadanya, yaitu jayus yang artinya tidak lucu atau kurang menarik. Malangnya, CeCe terlihat bingung ketika ditanya temannya apa arti jayus. Dengan baik hati, temannya yang lain membantu menjelaskan apa arti jayus.
Dari cerita di atas, culture shock dapat terjadi dimanapun dan kapanpun ketika kita berhadapan dengan budaya yang baru. Tidak ada yang salah dari peristiwa itu, akan tetapi hal ini bisa menjadi cerminan buat kita untuk menghargai perbedaan. Kita hidup berdampingan setiap harinya, maka dari itu wajib bagi kita untuk punya sikap toleransi dan respect terhadap sesama.
Baca Juga: Mengapa Masyarakat Indonesia Kurang Berminat Beralih ke Motor Listrik? Ini Alasannya!
References: