Perubahan mood atau emosi secara berlebihan pada seseorang bisa menjadi salah satu ciri bipolar. Bipolar adalah gangguan mental yang menyebabkan seseorang merasa sangat bahagia atau merasa sangat sedih bahkan putus asa. Siklus perubahan emosi ini bisa terjadi dalam hitungan minggu, hari, bahkan jam.
Dilansir dari laman halodoc.com, penyebab gangguan bipolar adalah ketidakseimbangan neurotransmitter atau zat kimia otak yang mengatur suasana hati dan perilaku. Selain itu, kondisi ini juga bisa disebabkan oleh keturunan atau genetik, trauma fisik, lonjakan hormon, pola tidur yang tidak teratur, penggunaan obat-obatan terlarang, dan mengkonsumsi alkohol.
Bipolar sendiri terbagi menjadi 2 fase, yakni fase mania dimana individu merasakan senang yang berlebihan, bersemangat, sering merasa gelisah, bahkan melakukan hal-hal yang beresiko seperti makan secara berlebihan atau impulsif. Serta fase depresi yang ditandai dengan hilangnya ketertarikan untuk melakukan aktivitas, mengalami kesulitan tidur, berbicara sangat lambat, serta kesulitan berkonsentrasi dan membuat keputusan. Kondisi seperti ini tentunya sangat mempengaruhi cara seseorang berpikir, merasakan, berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Baca Juga : Menyelami Narcissistic Personality Disorder (NPD): Gangguan Mental yang Jarang Disadari

Namun, apakah teman-teman tahu bagaimana ciri-ciri orang yang mengalami bipolar? Yuk kenali dan simak penjelasan nya dibawah ini!
Ciri-Ciri Bipolar pada Fase Mania
- Perasaan Bahagia secara Berlebih
Individu yang mengalami bipolar pada fase mania sering merasa sangat bahagia dan penuh semangat. Namun, kebahagiaan ini bisa menjadi mudah marah apabila sesuatu tidak berjalan sesuai dengan harapan.
- Berbicara Sangat Cepat
Pada fase mania, seseorang dengan bipolar dapat berbicara secara terus-menerus dan sulit dihentikan. Mereka bisa berpindah dari satu topik ke topik yang lain dengan mudah sehingga membuat lawan bicara kewalahan karena tidak bisa mengikuti alur percakapan.
- Mudah Terdistraksi
Orang dalam fase mania memiliki pikiran yang berlompatan sehingga sulit untuk fokus pada suatu hal. Mereka bisa tertarik pada sesuatu hal selama beberapa saat, lalu kehilangan minat dan berpindah ke hal lain. Mereka sering kali kehilangan arah pembicaraan karena pikiran terasa terlalu cepat untuk diikuti.
- Perilaku Impulsif
Seseorang dengan bipolar, pada fase ini sering bertindak tanpa berpikir panjang. Mereka bisa terlibat pada aktivitas yang beresiko tinggi seperti menghamburkan uang atau melakukan tindakan berbahaya tanpa memikirkan konsekuensi dari tindakan mereka.
- Kurang Istirahat tetapi Tidak Merasa Lelah
Orang dalam fase mania bisa tidur dalam waktu yang sedikit, tetapi tetap merasa bersemangat dan penuh dengan energi. Mereka tidak kelelahan, bahkan tetap aktif sepanjang hari melakukan aktivitas seperti bekerja atau berbicara.
- Peningkatan Aktivitas Fisik dan Sosial
Pada fase mania seseorang bisa menjadi sangat aktif baik pada aktivitas fisik maupun sosial, seperti berbicara dengan banyak orang atau merasa harus melakukan sesuatu.
- Meningkatnya Hasrat Seksual
Dalam fase mania, individu dapat mengalami peningkatan hasrat seksual yang ekstrim. Mereka bisa menjadi lebih sering berpikir mengenai seks atau dapat terlibat dalam hubungan seksual yang beresiko tinggi.
- Merasa Hebat dan Memiliki Kemampuan Luar Biasa
Dalam fase mania, seseorang dengan bipolar sering merasa lebih unggul dari orang lain. Mereka mungkin meyakini memiliki bakat luar biasa atau percaya diri secara berlebihan, hingga mengklaim diri mereka lebih cerdas atau lebih berbakat dibanding orang lain.
Ciri-Ciri Bipolar pada Fase Depresi
- Perasaan Sedih yang Mendalam
Pada fase depresi, individu dengan bipolar dapat merasakan kesedihan yang sangat mendalam dan putus asa tanpa alasan yang jelas. Hal ini dapat berlangsung lama dan sulit untuk dikendalikan, bahkan mereka dapat merasa kehilangan harapan terhadap hal yang sebelumnya membuat mereka bahagia.
- Kehilangan Minat pada Hal yang Disukai
Individu dalam fase depresi dapat kehilangan minat atau kesenangan pada aktivitas yang sebelumnya mereka nikmati. Hal ini tentunya sangat mengganggu dan dapat berpengaruh terhadap pekerjaan, hobi, atau hubungan sosial.
- Kelelahan dan Kehilangan Energi
Fase depresi menyebabkan seseorang dengan bipolar merasa kelelahan secara fisik dan mental, meskipun sudah cukup tidur. Mereka bisa mengalami kesulitan untuk bangun dari tidur atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari.
- Pola Tidur yang Tidak Teratur
Fase depresi bisa menyebabkan individu dengan bipolar mengalami kesulitan tidur atau tidur berlebihan.
- Perasaan Bersalah dan Tidak Berharga
Orang dalam fase depresi bisa mengalami perasaan bersalah yang berlebihan, serta sering menyalahkan diri sendiri atas kesalahan kecil atau hal diluar kendalinya.
- Kesulitan Berkonsentrasi
Dalam fase depresi, individu dengan bipolar sering mengalami kesulitan berpikir jernih, berkonsentrasi, dan mengambil keputusan. Mereka seringkali sulit memahami informasi dan sulit mengambil keputusan-keputusan sederhana.
- Gangguan Nafsu Makan
Fase depresi yang dialami oleh individu dengan bipolar juga mempengaruhi pola makan. Sebagian orang dapat kehilangan nafsu makan dan tidak merasa lapar sama sekali, sedangkan sebagian lainnya dapat makan berlebihan sebagai bentuk pelampiasan emosi.
- Pikiran untuk Menyakiti Diri Sendiri
Fase depresi juga dapat memicu pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bunuh diri. Pikiran ini dapat muncul karena individu merasa tidak ada gunanya untuk hidup dan berpikir bahwa orang lain lebih baik tanpa kehadiran nya. Menyakiti diri juga bentuk dari pelampiasan emosi yang tidak bisa tertahankan.
Gangguan bipolar tidak bisa disembuhkan, tetapi dapat dikelola dengan penanganan yang tepat seperti menerapkan pola makan sehat, olahraga rutin, kelola stress, perhatikan pola tidur, membuat to-do-list, membatasi konsumsi kafein, serta menghindari alkohol dan obat-obatan terlarang.
Baca Juga : Gen Z Indonesia Krisis Mental Health, Simak Tips Ini biar Tetap Waras!
Gangguan bipolar juga tidak dapat dideteksi mandiri. Jika orang terdekatmu menunjukkan gejala tersebut, sebaiknya segera mencari bantuan profesional, seperti psikolog atau psikiater, agar mendapatkan penanganan yang tepat.