Banyak orang menyukai anak-anak dengan tingkat percaya diri yang tinggi. Ketika masa kecil, tidak jarang orang tua berusaha membuat anak mereka berani untuk tampil. Namun, dewasa ini seseorang dengan tingkat percaya diri yang melebihi batas cenderung tidak disukai. Terlebih lagi dengan adanya penyakit mental terkait, yaitu Narcissistic Personality Disorder (NPD).
Tingkat percaya diri yang tinggi dikaitkan dengan istilah ‘narsis’. Pernahkah kamu merasa sebal dengan orang yang ‘narsis’? Istilah tersebut memiliki makna yang negatif karena terdapat gangguan mental yang menyertainya. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai gangguan mental tersebut, mari selami bersama dalam artikel ini.
Apa itu Narcissistic Personality Disorder (NPD)?
Sumber Gambar: Freepik
Masih banyak orang yang menganggap narsisme sama dengan Narcissistic Personality Disorder (NPD). Ternyata dua kata ini memiliki makna yang berbeda, loh. NPD mengacu pada gangguan mental yang dapat didiagnosis, sedangkan “narsisme” merupakan sifat yang lebih kepada “kepercayaan diri berlebih”. Orang umumnya lebih narsis pada saat usia muda, namun adanya sifat narsistik pada usia muda tidak mutlak menyiratkan seseorang akan memiliki gangguan mental ini di usia dewasa.
Narcissistic Personality Disorder (NPD) adalah kondisi kesehatan mental dengan tanda impulsif, kurangnya empati hingga haus perhatian. Kondisi kesehatan mental ini memungkinkan penderita memiliki rasa superioritas dalam perilaku. Gangguan mental ini dikategorikan sebagai jenis gangguan kepribadian dalam Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-5). Dalam DSM-5, seseorang dengan gangguan ini memiliki kriteria: memanfaatkan orang lain untuk mencapai tujuan pribadinya, punya harapan yang tidak masuk akal untuk orang lain menuruti tuntutan mereka, kurangnya empati dengan kebutuhan orang lain hingga meyakini bahwa dirinya penting.
Narcissistic Personality Disorder (NPD), Dilihat dari Ilmu Psikologi
Sumber Gambar: Freepik
Seperti dilansir pada website McLean Hospital, NPD tidak dikaitkan dengan urgensi psikiatris atau mental yang besar. Akan tetapi, NPD masih mendapat pengakuan sebagai kondisi mental yang rumit dan mendesak. Utamanya terkait dengan konflik berlebihan dalam hubungan interpersonal, pernikahan, keluarga dan sosial. Penderitaan yang signifikan pada penderita NPD sudah dikenali, walaupun tetap dapat tersembunyi dan tidak terlihat oleh orang di sekitarnya.
Seseorang dengan gangguan mental NPD dipastikan pernah mengalami pelecehan atau penelantaran masa kecil yang parah. Selain itu, pola asuh orang tua yang tidak konsisten juga menjadi penyebab gangguan mental ini. Sebuah penelitian psikologi membuktikan seorang anak yang mengalami broken home dengan kondisi mental NPD berisiko lebih tinggi untuk melakukan bunuh diri. Hal ini menunjukkan bahwa NPD berbahaya karena berpengaruh terhadap fisik dan hubungan sosial penderitanya.
Dampak Narcissistic Personality Disorder (NPD) Bagi Sekitar
Sumber Gambar: Freepik
NPD seringkali tidak disadari oleh penderitanya. Lalu bagaimana dampaknya jika kamu memiliki hubungan dengan seorang “narsistik”? Dampak dari NPD terjadi dalam berbagai bentuk, misalnya pelecehan emosional dan psikologis. Setiap bentuk pelecehan menimbulkan dampak kepada kesejahteraan mental dan fisik.
Berada di sekitar orang “narsistik” dalam hidup dapat mengarahkan kamu pada pola pelecehan emosional. Kecenderungan penderita untuk selalu dituruti bisa membuat kamu merasa bertanggung jawab atas emosi dan tindakan mereka. Tingginya antipati dan kurangnya dukungan emosional dari seorang “narsistik” bisa membuat kamu terisolasi dan terkuras secara emosional. Bahkan, dalam sebuah hubungan percintaan, konselor kesehatan mental menyebutkan bahwa seorang “narsistik” cenderung melakukan perselingkuhan dengan banyak pasangan.
Baca Juga: Mengenal Love Bombing, Istilah yang Marak dalam Kisah Cinta Zaman Now dan Tips Menghindarinya
Cara Menghadapi Penderita Narcissistic Personality Disorder (NPD)
Sumber Gambar: Freepik
Bersinggungan dengan penderita NPD di kehidupan sehari-hari dapat menjadi tantangan tersendiri. Hal ini dikarenakan penderita memiliki perasaan penting yang berlebih dan cenderung antipati. Memahami cara menghadapinya menjadi sangat dibutuhkan untuk kamu yang memiliki hubungan dengan penderita. Berikut cara yang tepat menghadapi penderita sehingga kesejahteraanmu tetap terjaga.
1. Menetapkan Batasan
Jangan selalu menuruti keinginan penderita. Tetapkan batasan yang boleh dan tidak boleh untuk “seorang narsistik” lakukan. Belajarlah untuk mengatakan tidak. Hal ini dapat mencegah mereka untuk membuatmu bertanggung jawab atas tindakan mereka.
2. Mulai Komunikasi yang Sehat
Berbicara dengan penderita memang dapat menjadi rumit. Pembicaraan lebih sering bersifat sepihak, dangkal dan manipulatif. Namun, komunikasi secara sehat diperlukan untuk melerai kerumitan tersebut. Sebagai contoh, gunakan nada yang tenang dan kata ‘saya’ untuk menyampaikan perasaan serta keinginan kamu dalam setiap percakapan.
3. Pertimbangkan Bantuan Professional
Cara pertama dan kedua sudah kamu lakukan, tetapi kamu sudah tidak sanggup untuk menghadapinya. Jika hal tersebut terjadi, menjauh dari seorang “narsistik” menjadi pilihan. Namun, sebelum melakukan itu, jauh lebih baik untuk mempertimbangkan bantuan professional terlebih dahulu. Carilah terapi atau konselor kesehatan mental berlisensi untuk membantu kamu menangani seorang “narsistik”.
Referensi:
Restivo, Jenette. (2024). Narcissistic Personality Disorder: Symptoms, Diagnosis and Treatments. Diakses pada 23 Juni 2024 melalui https://www.health.harvard.edu/mind-and-mood/narcissistic-personality-disorder-symptoms-diagnosis-and-treatments
Lundberg, Amanda. Long Term Effects of Narcissistic Abuse. Diakses pada 23 Juni 2024 melalui https://www.charliehealth.com/post/the-long-term-effects-of-narcissistic-abuse
Kim, Jean. Tell Me All I Need to Know About Narcissistic Personality Disorder. Diakses pada 23 Juni 2024 melalui https://www.healthcentral.com/condition/narcissistic-personality-disorder