Jangan Diam! Inilah 3 Cara Melindungi Anak dari Bahaya Pelecehan Seksual

Akhir-akhir ini, di Indonesia sedang mengalami darurat pelecehan seksual. Pelecehan tidak hanya bisa dialami oleh orang dewasa, anak-anak pun lebih kerap menjadi korban. Segala bentuk kontak seksual yang dilakukan oleh orang dewasa atau orang yang lebih tua kepada anak di bawah usia 18 tahun dapat dikatakan sebagai pelecehan seksual pada anak.

Modus-modus pelaku pelecehan atau kekerasan seksual terhadap anak semakin mengerikan. Pelaku akan melakukan child grooming, di mana orang dewasa berusaha mendekati anak kemudian melakukan bujukan, memanipulasi, pemaksaan, dan mengancam untuk melakukan hal-hal yang tidak wajar seperti bersentuhan, berciuman, memberikan tayangan pornografi dan bahkan melakukan hubungan seksual.

Diakses dari siaran pers KPAI, sepanjang tahun 2024 KPAI telah menerima 2.057 pengaduan. Jumlah korban dengan rentan usia terbanyak pada balita <1-5 tahun (581 kasus), usia 15-17 tahun (409 kasus), usia 6-8 tahun (378 kasus), usia 12-14 tahun (368 kasus) dan usia 9-11 tahun (342 kasus). Usia balita menjadi yang paling banyak dikarenakan kondisi fisik dan psikologisnya yang masih rentan.

Baca Juga: Fenomena Perkawinan Anak di Indonesia yang Masih Menjamur

Adapun Modus-Modus yang Biasa Dilakukan oleh Pelaku

Para predator seksual biasanya melakukan pendekatan terhadap korban dan keluarga seakan-akan terlihat seperti orang baik. Ada juga yang berusaha selalu menawarkan bantuan. Tidak hanya secara langsung, modus pelaku bisa juga dilakukan via media sosial, separti berpura-pura menjadi teman korban atau menjadi sosok idola.

Berikut modus-modus yang biasa dilakukan:

  1. Membangun kepercayaan anak dengan memberikan hadiah dan perhatian khusus
  2. Mencuri-curi kesempatan untuk bisa berduaan bersama anak
  3. Berani mengomentari tubuh/fisik anak
  4. Berusaha mendapatkan trust dari orang tua atau pengasuh
  5. Terlihat tertarik dengan kehidupan dan pergaulan anak
  6. Melakukan tindakan manipulatif, pemaksaan dan ancaman terhadap anak
  7. Menggunakan media sosial

Hal yang perlu perhatikan, pelaku pelecehan dan kekerasan seksual sangat besar kemungkinan adalah orang yang dikenal. Orang asing memiliki kemungkinan kecil untuk melakukan pelecehan. Jadi, tetap awasi interaksi anak dengan orang dewasa, walaupun itu orang terdekatnya sekalipun.

Ciri-Ciri Anak yang Mengalami Pelecehan Seksual

Mengetahui tanda atau ciri-ciri anak menjadi korban pelecehan tergolong sulit dikenali. Kebanyakan anak belum memahami apa yang ia terima itu bentuk pelecehan seksual. Sehingga, anak biasanya cenderung diam dan berusaha menjauh dari keramaian.

Tidak sedikit korban merasa takut untuk speak up terhadap apa yang ia alami. Entah itu karena medapatkan ancaman oleh pelaku atau bahkan menganggap pelecehan seksual yang ia terima karena kesalahan mereka sendiri.

Pelecehan seksual pada anak berdampak serius pada tumbuh kembang dirinya. Perubahan-perubahan kepribadian terjadi setelah semakin lama mereka memendam keresahan mereka sendiri.

Beberapa hal yang bisa kita lihat dari ciri anak yang mengalami pelecehan seksual:

  1. Anak akan cenderung menarik diri atau lebih tertutup
  2. Terlihat sedih, cemas, dan ketakutan berlebihan (trauma)
  3. Kesulitan mereka dalam pengendalian emosi
  4. Kehilangan konsentrasi dan sulit memahami pelajaran
  5. Muncul keinginan untuk menyakiti diri dan bahkan depresi

Adapun ciri lain selain perubahan perilaku dari korban, tanda-tanda pelecehan seksual juga bisa kita lihat dari keluhan kesehatan anak, seperti;

  1. Terdapat ruam-ruam memar pada anak
  2. Kesakitan saat berjalan atau duduk
  3. Susah buang air kecil
  4. Pendarahan dari kemaluan atau anus
  5. Bahkan kehamilan yang tidak diinginkan

Baca Juga: Pahami 4 Bentuk KDRT dan Bagaimana Cara Kita Menyikapinya?

Bagaimana Cara Kita Menyikapi Pelecehan Seksual Pada Anak?

Perlu diketahui, untuk mengantisipasi terjadinya pelecehan seksual pada anak bisa kita lakukan sedini mungkin. Mengajarkan dan mengenalkan pendidikan seksual dapat dilakukan sejak anak masih usia bayi, hal ini dilakukan supaya anak bisa memahami bahwa tubuhnya sangat berharga dan tidak boleh disentuh orang lain.

Memberi tahu dan mengajarkan bagian-bagian tubuh yang tidak boleh disentuh orang lain, seperti; bibir, dada, bokong, kelamin. Jika mereka mendapatkan sentuhan di bagian terlarang, ajarkan anak untuk berteriak dan melaporkannya.

Apa bila terjadi hal yang tidak diinginkan, orang tua perlu memahami bagaimana cara menyikapi pelecehan seksual pada anak. Hal ini penting dilakukan agar anak tidak semakin terganggu tumbuh kembangnya. Berikut yang dapat dilakukan:

1. Mengajak anak berbicara

Cobalah mengajak anak untuk berbicara hati ke hati. Usahakan untuk tetap tenang kala anak sudah mulai berani menceritakannya, dan dengarkan dengan cermat.

Jangan menginterupsi perkataan anak, hal itu mungkin akan membuatnya lebih sedih dan enggan melanjutkan ceritanya. Bahkan hal itu membuat Anda marah sekalipun, coba untuk memahami posisi anak.

2. Memberi waktu kepada anak

Pahami bahwa tidak semua anak memiliki keberanian untuk speak up. Berilah kelonggaran waktu bagi anak mempersiapkan dan menenangkan diri terlebih dahulu.

3. Memberikan dukungan pada anak

Berikan kepercayaan kepada anak, bahwa Anda akan selalu berada di sisinya kapan pun yang ia butuhkan. Buatlah anak merasa benar-benar aman bersama Anda.

Berilah dukungan dengan mempercayai semua perkataanya dan yakinkan padanya bahwa apa yang ia alami bukan kesalahannya. Menghakiminya akan membuat ia merasa bersalah berlebihan, bahkan depresi.

Baca Juga: https://menulis.id/kenali-5-alasan-orang-berselingkuhan-dari-pasangannya/

Jika ditemukan indikasi bahwa anak mendapatan pelecehan seksual, Anda bisa melaporkannya ke pihak berwajib. Anak korban pelecehan seksual dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Perlindungan Anak. Pada pasal 81 dan 82 Undang-Undang tentang Perlindungan Anak ini terkandung bahwa pelaku pelecehan seksual terhadap anak dipidana penjara maksimal 15 tahun.

Penjara 15 tahun tentu tidak sebanding dengan penderitaan yang dibawa korban hingga tutup usiannya. Namun, setidaknya ini bisa menjadi angin segar bahwa hukum tidak sepenuhnya menutup mata dan telinga kepada korban.

Kita sebagai orang tua harus selalu mendampingi anak korban pelecehan dan kekerasaan seksual. Sebab, pelecehan seksual sangat berdampak besar bagi kehidupan korban di masa mendatang. Anak berhak mendapatkan rasa amannya, maka dari itu perlindungan teradap anak harus dipahami secara serius. Hal ini merupakan salah satu cara kita melindungi bangsa dengan mempersiapkan generasi yang hebat di masa mendatang.

Referensi:

https://www.kpai.go.id/publikasi/laporan-tahunan-kpai-jalan-terjal-perlindungan-anak-ancaman-serius-generasi-emas-indonesia

https://www.alodokter.com/menyelidiki-pelecehan-seksual-pada-anak

Share Artikel Ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Lainnya