Media dan orang-orang setuju kalau Sabrina Carpenter is a marketing genius! Kapan pertama kali kalian kenal Sabrina Carpenter? Almost Love lagu pertama Sabrina yang saya dengar di pertengahan tahun SMA. Ternyata karir Sabrina sudah ia rintis sejak menjadi salah satu aktor di serial Girls Meet the World di Disney. Dulu sempat berpikir, ‘Wah! Angkatan Disney lagi, nih!’ yang mana saya pikir akan mendorong saya untuk setia mengikutinya, seperti Zendaya Coleman dan Selena Gomez, sayangnya nggak.
Menurut saya Sabrina baru memunculkan sisi marketing geniusnya melalui album Emails I Can’t Send You, dan ngomong-ngomong Nonsense sukses membuat saya rajin scrolling konten-konten tentang Sabrina. Penasaran apa saja yang membuat Sabrina Carpenter mencolok dan menjadi panutan trend milenial dan Gen Z tahun ini? Baca sampai selesai, ya!
Marketing Genius 1: Kombinasi Palet Warna untuk Visual
Taktik awal branding Sabrina mungkin merasa warna bold dan dark lebih menarik perhatian—merah, navy, hitam, kuning mustard. Saya hampir mengira penyanyi Almost Love adalah Zara Larsson … karena suaranya semirip itu! Begitu melihat video musik Ain’t My Fault dan Almost Love juga kurang lebih keduanya memakai kombinasi warna serupa untuk konsepnya—terlalu banyak pola dan sorot pencahayaan.

Sumber: @sabrinacarpenter, Instagram
Nah, di album terbarunya, Short n’ Sweet, Sabrina juga memakai warna kuning pada lingerie atau piyama satinnya, lalu juga mini dress dengan keyhole berbentuk hati di bagian dadanya saat tampil di Coachella. Bedanya, warna kuning ini lebih lembut dengan sentuhan pearls. Berbagai warna pastel, baby pink atau baby blue, lebih cocok dengan figur dan opsi riasan bak boneka dan glowing Sabrina. Warna adalah aspek sederhana yang sangat powerful karena juga akan ditunjukkan di berbagai penampilan karya Sabrina maupun promosi.
Selain warna kuning lembut, biru juga menjadi pilihan warna ikonik Sabrina Carpenter. Kalau kalian perhatikan photoshoot album Emails I can’t send you, pasti kalian akan menemukan aspek warna biru di dalamnya. Dimulai dari warna jins Sabrina sampai dinding yang menjadi latar belakang.
Marketing Genius 2: Elemen Nostalgia 1950-an
Masih bicara tentang visual branding genius Sabrina Carpenter, kali ini termasuk setting video musik sampai packaging perilisan album Short n’ Sweet. Pemasaran nostalgia memberi emosi yang sangat positif kepada audiens. Estetika tahun 50-an yang menampilkan hiper-feminitas yang sebelumnya nggak pernah ada di lagu-lagu sebelumnya. Sabrina nggak sembarangan membawa aura hiper feminim tanpa perhitungan. Sabrina versi dewasa menunjukkan kepribadian flirty nan manis, tetapi nggak menghilangkan sifat playful yang sudah ia miliki sejak meniti karir di Disney.

Sumber: @sabrinacarpenter, Instagram
Percobaan marketing nostalgia sudah pernah Sabrina coba dengan lagunya berjudul ‘Sue Me‘ atau ‘Fast Times’ yang berestetika Y2K. Namun, estetika itu sudah terlanjur melekat lebih dulu pada Ariana Grande di lagu Thank You, Next yang mengambil referensi Mean Girls. Tanpa mengurangi ekspresi dalam lirik lagu satire, suara Sabrina kian melembut menonjolkan nostalgia tahun 1950-an bisa kamu mulai dengar di lagu ‘Fast Times‘nya.
Marketing Genius 3: Kerja Sama Merek Sesuai Tema Album Baru
Pada dasarnya sebuah merek harus mempertahankan identitasnya dalam bekerja sama dengan pihak lain. Salah satunya, Van Leeuwen—merek es krim memproduksi varian rasa espresso yang terinspirasi dari salah satu lagunya di album, dengan nama yang sama. Setiap minum atau menyantap makanan rasa espresso, kamu akan teringat Sabrina Carpenter! Kampanye bersama Skims milik Kim Kardashian—menganut nilai self-confidence & sexiness, juga sangat cocok dengan siluet fesyen Sabrina di setiap video musik dan lirik album Short n’ Sweet.

Sumber: @sabrinacarpenter, Instagram
Menepis rumor netizens bertanya-tanya akan persahabatannya dengan Taylor Swift karena ikut kampanye Skims, Sabrina Carpenter tampak santai membuka konser The Eras Tour dan merayakan kemenangan VMA bersama pelantun lagu Fortnight itu. Jangan lupakan Jenna Ortega yang turut bergabung membuat video musik Taste. Fondasi instrumental dan lirik ear-catching, referensi film-film lawas, seperti Death Becomes Her dan Psycho, serta interaksi lucu Sabrina dan Jenna di TikTok membuat seluruh proses marketing oleh tim Sabrina paid off!
Marketing Genius 4: Bangun Kepercayaan Fans di Media Sosial
Apa lagi, sih, yang membuat Sabrina Carpenter semakin dekat dengan para penggemar maupun orang-orang yang mulai menggemari karyanya? Media sosial juga memengaruhi paparan trending sound—Espresso dan Please, please, please. Setelah membuat orang-orang turut bersemangat mencoba es krim, pakaian, dan produk parfumnya—orang-orang juga mulai memotong rambut dan mengubah gaya berpakaian mereka menjadi feminim dengan mini dress, renda, gaun malam pas badan, dan lain-lain. Kalau kalian cek link di bio akun instagram Sabrina, backgroundnya bahkan diberi lips print yang sama seperti bekas lipstik di punggungnya (foto album Short n’ Sweet).

Sumber: tiktok.com, What to Wear for Sabrina Carpenter Concert
Proses orang membangun personal branding itu beda-beda, tetapi apa yang akan selalu dilakukan dalam menciptakan itu, yakni konsistensi. Dari contoh branding Sabrina Carpenter dengan tim marketingnya, hal lainnya yang kita pelajari adalah nggak ragu mengambil risiko. Sekitar enam sampai sepuluh tahun, Sabrina mencoba berbagai estetika dan persona, hingga sekarang karakternya menemukan waktu dan tempat yang tepat.
Baca juga: Belajar Rebranding dari Hailey Bieber dan Rhode
Referensi:
- ‘Short n’ Sweet’: Sabrina Carpenter’s Marketing Genius by Hadley Balser, hercampus.com
- Espresso Singer Sabrina Carpenter Is Releasing An Espresso Ice Cream by Zac Cadwalader, sprudge.com
- Sabrina Carpenter Addresses Rumors About Her Skims Campaign and Taylor Swift by Mehera Bonner, yahoo.com
- What pretty doesn’t get you, @zoeunlimited, YouTube.com