Menulis sering kali menjadi kegiatan yang sunyi dan penuh keheningan. Namun justru dalam kesunyian itulah kreativitas tumbuh subur. Di tengah hiruk-pikuk kebisingan dan derasnya aktivitas digital, rasanya perlu bagi kita untuk menyingkir sejenak dan merefleksikan diri dengan kata-kata. Silent writing merupakan salah satu metode yang tepat untuk mencurahkan ide dalam tulisan.
Kegiatan silent writing adalah kegiatan menulis bersama dalam suasana hening, tanpa diskusi atau percakapan selama sesi berlangsung. Sesi menulis menjadi ruang produktif bagi teman-teman yang hadir untuk menuangkan isi pikiran, kegelisahan, kebahagiaan maupun melahirkan karya dalam rentetan kata-kata. Meskipun kegiatan ini dilakukan bersama, tetapi fokus utamanya tetap menulis secara individual dalam suasana kolektif yang tenang.
Rabu (23/04) lalu, MenulisID kembali menggelar kegiatan silent writing yang dihadiri oleh teman-teman komunitas MenulisID sekitar Surabaya. Kegiatan ini bertempat di Cafe B.ARU yang beralamat di Jalan Opak Nomor 22, Darmo, Wonokromo, Surabaya. Acara dimulai pukul 13.00, teman-teman yang hadir akan mulai menulis dan dilanjutkan berdiskusi dan sharing santai. Bagi 10 peserta pertama yang hadir akan disuguhkan gratis makanan ringan dan kopi.
Kegiatan silent writing ini merupakan agenda rutin yang diadakan komunitas MenulisID setiap bulannya. Informasi diadakannya kegiatan ini selalu dipublikasikan melalui grup dan sosial media komunitas. Kegiatan ini dilakukan secara luring, biasanya di kafe, perpustakaan, hingga ruang terbuka seperti taman.

Kisah Sunyi Para Penulis yang Menjauh Sejenak dari Kebisingan
Menulis dalam suasana tenang menghadirkan pengalaman menulis yang berbeda. Kita merasa lebih fokus, lebih mendalam, dan lebih personal. Mereka yang ikut dalam silent writing diajak untuk menepi sejenak dalam kebisingan dunia luar dan benar-benar hadir utuh bersama pikirannya sendiri.
MenulisID menyadari ada banyak sekali manfaat yang timbul dari aktivitas ini. Silent writing bisa mengembalikan fokus dan konsentrasi, menjauhkan distraksi, dan memudahkan penulis untuk mengakses dunia kreatifnya. Selain itu, menulis dalam keheningan bisa menjadi bentuk self-care dan membantu mengurai pikiran agar kesehatan mental tetap aman.
Baca juga: 7 Manfaat Membacakan Buku pada Anak

Siang itu selepas hujan yang mengguyur Surabaya, di meja panjang sebuah kafe berkumpul sekelompok orang duduk khidmat menatap layar laptop masing-masing. Mereka adalah para anggota komunitas MenulisID yang sedang melaksanakan silent writing.
Tak ada suara riuh yang berarti, tak ada pula obrolan panjang. Sesekali terdengar bunyi ketukan laptop yang berduet dengan denting sendok di cangkir kopi. Tak kurang dari 10 peserta yang mengikuti sesi silent writing hari itu, mereka tampak fokus menuangkan ide dan pikirannya ke dalam tulisan. Ada yang menulis di laptop, ada juga yang menyalinnya di lembar catatan.
Selama beberapa waktu, teman-teman MenulisID tenggelam dalam keheningannya masing-masing. Tidak ada yang terucap, hanya gerakan jemari yang berbicara. Ide-ide yang terlintas mengalir begitu saja tertuang di depan layar maupun di atas lembaran kosong.
Harapan yang Lahir Seusainya

Kegiatan Silent Writing diakhiri dengan mengobrol bersama dan saling berbagi senang. Kak Soffya, selaku penggagas MenulisID, mewawancarai beberapa peserta dan menanyakan kesan kepada teman-teman yang hadir.
“Menurutku, acaranya unik dan menyenangkan sekali. Acara ini cocok untuk yang butuh teman buat menemani waktu menulis. Aku berharap acara seperti ini (Silent Writing) bisa diadakan secara rutin,” ujar Kak Tyas.
Kesan baik juga disampaikan oleh Kak Feby kepada Kak Sofi, “Terima kasih MenulisID sudah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada saya. Semoga dengan adanya pertemuan komunitas seperti ini dapat meningkatkan kualitas menulis saya. Saya sangat terbantu.”
Kegiatan Silent Writing hari itu menjadi ruang sunyi yang penuh makna bagi teman-teman MenulisID. Mereka kembali saling terhubung dan saling menguatkan. Di tengah kesibukan dan distraksi digital yang kian cepat, kemewahan jadi hal yang langka.
Akhirnya, kebersamaan yang tercipta selama kegiatan Silent Writing meninggalkan kesan yang begitu mendalam. Semoga pertemuan-pertemuan seperti ini akan selalu ada dan komunitas MenulisID selalu bertumbuh dari masa ke masa.
Baca juga: Jangan Malas! Ini 3 manfaat Membaca Buku di Era Digital