Dasarnya teknologi informasi berdampak pada sektor pemasaran berupa iklan, agar para calon pembeli dapat mudah mengerti tentang suatu brand, dan dari segi individual sebagai sense of self yang dijadikan refrensi penemuan jati diri lewat pengalaman seseorang yang tersedia di berbagai konten. Digitalisasi selalu bersangkutan dengan kemajuan dan perkembangan teknologi. Di era digital sekarang, informasi yang kita dapat sebagai pengguna aktif adalah hasil penemuan dari masa lampau.
Taukah kamu, sandi morse yang pernah kita perlajari di pramuka adalah cikal bakal media sosial dengan cara penyampaian pesan dari rangkaian aliran listrik berbentuk kode, lalu sandi tersebut akan diterjemahkan ke teks latin agar mudah dibaca oleh penerima pesan.
- Samuel morse sang pencipta alat komunikasi telegraf
Pesan berbentuk kode disalurkan lewat alat bernama telegraf, diciptakan oleh Samuel Finley Breese Morse tahun 1837 di era pra-internet. Zaman ini masih mengunggulkan tenaga listrik sebagai sumber daya dan telegraf menjadi alat untuk memberikan informasi jarak jauh antar kota. Uji coba telegraf sebagai pengirim pesan kode jarak jauh, dilakukan dari kantor pemerintah Washington DC ke kota Baltimore di Maryland. Ketika Amerika sedang dalam kondisi perang saudara, Abraham Lincoln yang menjabat sebagai presiden saat itu menggunakan telegraf untuk mengetahui kondisi terkini di medan perang. Kemudian perkembangan alat komunukasi ini digunakan juga diberbagai negara eropa, hingga pesan morse dari rangkaian arus listrik mempunyai sistem terjemahan ke narasi teks agar mudah dipahami.
- Era internet langkah awal menuju media sosial
Meluasnya kebutuhan akan akses informasi jarak jauh, membuat telegraf beralih ke perangkat komputer dengan basis internet atau virtual yang cangkupannya dapat menggapai ke berbagai negara. Kegunaan komputer dikembangkan sebagai akses informasi untuk software dan hardware, disebabkan kebutuhan untuk tersambungnya para ilmuwan dari empat universitas di tahun 1969. Pembaruan teknologi dimulai oleh departemen pertahanan Amerika dengan mencipta ARPANET (Advanced Research Projec Agency).
Inovasi teknologi informasi berbasis internet didasari kebutuhan pada masa perang dingin antara Amerika dan Uni Soviet, kekhawatiran militer Amerika terhadap serangan mendadak oleh musuh yang akan menghancurkan sistem informasi pusat dalam satu kali serangan. Konsep jaringan pusat terhubung dengan empat universitas, diterapkan sebagai wadah penyimpanan informasi secara bercabang seperti tentakel. Jaringan berbasis internet akan menjadi langkah awal meyebarnya penggunaan dan fungsi internal serta eksternal pada diri masyarakat secara luas.
- Platform sebagai wadah informasi profil dan branding person
Tahun 1997 platform Six Degress menawarkan akses layanan unggahan profil bagi publik. Tak berselang lama kepopuleran Six Degrees juga diikuti dengan munculnya Friendster tahun 2001. Namun kedua platform tadi digantikan oleh My Space di tahun 2003 dengan fitur yang lebih bervariasi yang menawarkan berbagi musik baru dalam akun para pengguna. Dominasi 5 tahun situs My Space akhirnya diambil alih Facebook di tahun 2008 dan dijual di tahun 2011. Fitur seperti unggahan status, foto dan vidio menjadi tenar dikalangan publik. Dari fitur itu pengguna bisa mencurahkan isi pikiran, perasaan dan ide agar bisa diketahui orang lain.
Kebutuhan informasi profil menyebar ke ranah branding person bagi pencari kerja. Linkeindn yang didirikan tahun 2002 menjadi situs yang memudahkan pelamar dan para pencari kandidat kerja mendapatkan akses kedua belah pihak. Selain itu unggahan pengalaman profesional kerja dapat memantapkan hati para rekruter.
- Media sosial sebagai refrensi sense of self
Terlihat kebutuhan masyarakat dalam penggunaan media sosial, bergantung pada fitur-fitur dan fokus penggunan yang tesedia di platform media sosial. Bertukar informasi adalah dasar bagi komunikasi antar manusia, namun fungsi di era digital sudah tak lagi sama dengan masa sebelumnya.
Sense of self adalah pemahaman diri, identitas serta nilai yang berlaku di masyarat. Jika era sebelumnya media sosial dijadikan wadah akses informasi, di era digital mempunyai kolaborasi antara eksplorasi diri dan informasi. Bisa dikatakan konten seperti podcast yang disediakan oleh publik figur menjadi sumber refrensi. Selain itu interaksi bukan hanya ditangkap skala individual, namun interaksi kelompok juga menjadi pertimbangan.
Misalnya gerakan #mositidakpercaya, tuntutan akan keputusan pemerintah yang menguntungkan sebelah pihak membuat pengguna media sosial muncul rasa empati dan simpati terhadap kaum yang dirugikan, atau pemaparan figur pak fahruddin faiz dalam konten ngaji filsafatnya dapat mengarahkan ke akademik intelektual, dan vidio tutorial yang mengeksplor pengetahuan baru. Lalu hubungan antara sejarah media sosial dan era digital itu bagaimana? Pengamatan, pengolahan dan pengaplikasian menjadi ciri khas dari relasi antar sejarah media dan era digital.
Opini yang diperoleh dari media sosial dapat dicocokan terhadap lingkungan sekitar, namun apabila tidak selaras dengan lingkungan hidup, seseorang bisa mendiskusikannya secara online atau offline. Pengetahuan baru yang merujuk kepada konten media sosial adalah sebuah gagasan tentang pengalaman hidup seseorang. Bisa garis bawahi terkadang opini yang kita jadikan sumber pengetahuan, ada standard yang tidak bisa diikuti secara utuh. Pada dasarnya pengalaman seseorang atau kelompok, bisa dibilang sebagai refrrensi saja bukan pedoman.