Perilaku seseorang yang sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari tidak bisa terlepas dari pengaruh lingkungan tempat tinggal, keluarga, dan teman. Kebiasaan seperti itu biasa disebut dengan budaya. Bahasa, pemahaman dan nilai yang dianut pada diri seseorang adalah sebuah hal yang suliit dipisahkan dari dirinya, jika ada suatu yang berbeda atau tak diterima maka jiwa seseorang akan merasa terganggu serta butuh waktu untuk menyesuaikan.
Adaptasi seseorang meliputi suatu yang baru dan belom pernah dirasakan sebelumnya. Transisi dari pola hidup lama ke pola baru, biasanya butuh waktu penyesuaian yang cukup dan menempuh fase penerimaan. Dalam fase menerima, terdapat pertemuan kedua budaya berbeda yang menghasilkan culture shock bagi individu.
Bahasan ini sering sekali dikaitkan pada skala antar negara, seperti mahasiswa asal Indonesia yang merantau ke luar negeri. Disisilain, fenomena itu ternyata terjadi antar budaya di Indonesia, seperti mahasiwa yang merantau dari Maluku ke Jakarta atau mahasiswa Jakarta merantau ke Jawa Timur. Pertemuan kebudayaan ini, mencakupi bahasa, cara pandang etika serta moral, dan karakteristik.
Jadi sampai sini sudah terbayang bagaimana culture shock itu terjadi? Penulis dalam tulisan ini akan membahas tentang lawan dari culture shock yaitu reverse culture.
Reverse jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia artinya terbalik. Gegar budaya terbalik ialah peristiwa dimana seorang merasa bahwa diri kehilangan identitas asli atau menemukan hal-hal yang tak sama pada kampung halaman. Perasaan hilangnya identitas berdasar dari berubahnya rutinitas dari tempat rantau yang menimbulkan kebiasaan baru.
Rutinitas dari tempat rantau ini menghasilkan minat baru yang dibawa ke kampung halaman dan ingin dipraktekkan, namun orang yang berada di kampung halaman tidak mempunyai rancangan minat dan pengalaman yang sama.
Keadaan reverse culture mengakibatkan perantau merasa bosan, depresi, kebingungan dan kegelisahan. Gejala-gejala ini cukup wajar dialami oleh seorang perantau yang pulang ke kampung halaman, tetapi perasaan seperti ini tidak bisa dihindari.
Secara sadar budaya terbalik disebabkan penerimaan terhadap cara pandang baru yang diadopsi tidak relevan dengan realita atau sulit dipahami. Dengan kata lain, perantau ingin sekali membuat inovasi untuk kampung halamannya, namun sering kali kendala muncul dari cara pandang yang stak dan sulit dirubah. Ada beberapa cara agar inovasi dapat disisampaikan secara jelas dan mudah dipahami oleh orang rumah.
- Modifikasi kebosaan
Setelah pulang ke rumah, perantau terkadang masih terbayang dengan kesenengan dan kegembiraan yang mereka alami sewaktu berada di tanah rantau. Lambat-laun rasa bosan akan muncul seiring dirinya sudah menetap di rumah. Kebosanan itu, harus segera diatasi dengan mengamati secara langsung dengan mengunjungi berbagai destinasi yang belum pernah dikunjungi di kota asal atau bisa juga mempelajari minat baru. Hal itu bertujuan agar seorang perantau mudah menemukan pola yang baru untuk memahami tempat asal.
- Gambarkan pengalaman secara singkat
Ekspetasi dari perantau ketika pulang ke rumah adalah orang-orang akan menyambut dengan euforia. Realitannya, seorang yang mendengar terkesan sulit menangkap point dari cerita, karena bertelenya alur dalam penyampaian. Untuk mengatasi hal itu cobalah jelaskan secara runtut dan padat, jika perlu berikan contoh realita keseharian yang dekat dengan lawan bicara. Bisa juga bagikan cerita kepada seorang yang mempunyai pengalaman merantau agar muncul saling memahami satu sama lain.
- Mengerti akan berubahnya hubungan
Sesampainya dari kota rantau, perasaan asing muncul karena adanya perubahan hubungan terhadap teman atau keluarga. Pola komunikasi yang sudah tidak intens dan pola kebiasaan hidup yang menghilang adalah hal wajar. Untuk menanggulangi rasa asing, individu harus fleksibel dalam adaptasi dengan keterbukaan, meminimalisir prasangka negatif, dan pikiran optimis yang terkendali.
- Jadikan salah paham untuk kejelasan pengalaman merantau
Penyampaian pesan dalam obrolan terkadang membuat lawan bicara berprasangka bahwa candaan, intermezo, dan ungkapan rasa sayang merujuk kepada pamer atau sok tau. Dengan menyadari bayangan orang lain, individu dapat menjelaskan pengaruh perbedaan kondisi yang dialami. Singkatnya, perantau bisa membandingkan maksud pengalaman melalui prasangka orang lain dan kondisi ketika pengalaman itu terjadi.
Rasa asing yang dirasa oleh perantau memang memiliki banyak kondisi yang mempengaruhi. Pertanyaannya adalah apakah kita akan membuka diri atau malah makin menutup diri kepada lingkungan sekitar? Seharusnya rumah yang sudah kita tau tata letak ruangan dan macam barang yang ada di dalamnya akan lebih mudah kita temukan problem solving atau menguasai situasi dan kondisi. Perlu diingat juga fleksibelitas dalam hidup juga diperlukan, karena manusia dasarnya adalah makhluk sosial, dan manusia juga memiliki kepala yang di dalamnya terdapat konsep pemahaman. Pikiran setiap seorang bukan kotak-kotak terpisah, melainkan ada benang keharmonisan yang menghubungkan.