Menggali Pangan Lokal: Sustainable Business dan Smart Eating untuk Remaja merupakan tema dalam talk show yang diadakan oleh RISE Foundation (07/09/2024). Talk show tersebut bertempat di Garden Royal Ambarrukmo Yogyakarta dengan menghadirkan Assyifa Nuraini (Duta Kesehatan DIY) dan Stefani Maria (Creative Content Manager JogJamu) sebagai pembicara. Talk show ini dihadiri oleh 30 peserta yang sebagian besar adalah remaja. Diskusi yang dikemas dalam kegiatan piknik ini mengajarkan peserta untuk dapat memulai smart eating dan mengkonsumsi bahan pangan lokal.
“Pangan lokal adalah makanan yang berasal dari daerah kita sendiri,” ucap Assyifa memulai penjelasannya. Ia menyampaikan bahwa mengkonsumsi pangan lokal memberikan berbagai manfaat, salah satunya manfaat bagi lingkungan yaitu mengurangi sampah dan emisi karbon. Pangan lokal yang sudah ada di sekitar kita membuat mobilitas kendaraan pengangkut bahan makanan berkurang sehingga tidak menyumbang emisi karbon di udara. Selain itu, bahan pangan yang dapat dijumpai di sekitar kita, membuat kemasan yang menimbulkan sampah tidak diperlukan.
Tentunya, pangan lokal juga memberikan banyak manfaat bagi kesehatan tubuh. Misalnya adalah karbohidrat. Selain nasi putih, karbohidrat yang ada di sekitar kita juga ada singkong, nasi merah, atau kentang yang memiliki indeks glukosa lebih rendah daripada nasi putih. Sehingga lebih sehat untuk dikonsumsi setiap hari, terutama bagi orang yang tengah mengalami diabetes.
Vitamin yang terkandung dalam real food seperti buah-buahan dan sayuran juga lebih baik dibandingkan suplemen vitamin yang dipasarkan. Sehingga ketika badan dalam keadaan kurang fit lebih baik mengkonsumsi buah-buahan atau jamu yang bahan bakunya sudah jelas tanpa bahan kimia.
Assyifa juga mengatakan bahwa smart eating yang saat ini tengah menjadi tren di kalangan anak muda merupakan hal yang sangat bagus. Smart eating adalah kesadaran dan kepedulian dalam diri kita atas makanan yang kita makan. Saat ini, banyak anak muda yang mengkonsumsi minuman kemasan untuk memicu serotonin-nya agar merasa lebih segar. Padahal, minuman kemasan yang dipasarkan saat ini mempunyai kadar gula yang sangat tinggi dan berbahaya apabila dikonsumsi terus-menerus karena berpotensi menimbulkan penyakit diabetes.
Maka dari itu, smart eating menjadi pengingat kepada anak muda untuk lebih hati-hati atas segala makanan yang masuk ke dalam tubuhnya. Hal yang dapat dilakukan adalah mengganti minuman kemasan dengan buah-buahan, sayuran, jus atau jamu. Makanan tersebut juga termasuk ke dalam pangan lokal yang memberikan berbagai manfaat pada lingkungan dan kesehatan.
JogJamu Sebagai “Rebranding” Jamu di Kalangan Pemuda
https://www.instagram.com/jogjamu.id?utm_source=ig_web_button_share_sheet&igsh=ZDNlZDc0MzIxNw==
Pembicara lainnya, yaitu Stefani, Creative Content Manager JogJamu, menyampaikan bahwa jamu berasal dari kata “jampi usada” yang berarti doa untuk kebaikan. Jamu sendiri merupakan salah satu minuman tradisional yang baik untuk kesehatan, karena bahan baku pembuatan jamu merupakan pangan lokal tanpa ada campuran bahan kimia.
Stefani menyampaikan bahwa walaupun jamu merupakan minuman tradisional Indonesia, sebanyak 56% masyarakat menyatakan belum pernah meminum jamu. Hal tersebut menjadi kesempatan bagi JogJamu untuk mengenalkan minuman tradisional tersebut kepada masyarakat, terutama anak muda. JogJamu adalah brand jamu dari Jogja yang mulai berdiri sejak 2019. Namun, resep yang digunakan oleh JogJamu sudah ada sejak tahun 1950-an dan pendiri JogJamu adalah penerus resep generasi ke-4.
Dalam menjalankan bisnis, JogJamu melakukan pendekatan kreatif kepada pembelinya melalui media sosial. JogJamu konsisten membuat konten yang memberikan edukasi terkait khasiat dan manfaat bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan jamu. Selain itu, JogJamu juga menggunakan palet warna cerah dalam brand-nya untuk menunjukan youth spirit agar anak muda semakin tertarik mulai mengkonsumsi minuman tradisional tersebut.
JogJamu juga terus berusaha agar konten yang dibuatnya semakin sesuai dengan permasalahan yang dialami oleh konsumennya, sehingga diharapkan JogJamu dapat menjadi solusi atas permasalahan yang dirasakan. Misalnya, Setiap bulan perempuan harus mengalami haid dan ketidakstabilan hormon yang menimbulkan ketidaknyamanan. Berdasarkan hal tersebut, JogJamu lantas memberikan solusi dengan rekomendasi jamu yang dapat dikonsumsi untuk meredakan nyeri haid. Dengan pendekatan seperti itu JogJamu dapat menjadi bisnis berkelanjutan karena dapat memberikan solusi atas permasalahan konsumennya.
Praktik Pembuatan Jamu dan Sate Lilit dari Tempe
Diskusi dalam talk show tersebut dilanjutkan dengan praktik pembuatan jamu kunir asem oleh tim JogJamu. Terdapat 2 peserta yang berkesempatan untuk turut praktik secara langsung dalam pembuatan jamu. Sedangkan peserta yang tidak berkesempatan praktik dibagikan jamu kunir asem dan jamu beras kencur.
Tim JogJamu menyampaikan bahwa jamu kunir asem yang tengah dibuat ini bermanfaat untuk meringankan nyeri haid bagi perempuan. Bahan-bahan yang dibutuhkan juga merupakan pangan lokal sehingga mudah ditemukan di rumah. Hanya diperlukan bahan sederhana seperti kunyit, asam jawa, gula dan air hangat.
Setelah praktik pembuatan jamu kunir asem dilaksanakan, Chef Royal Ambarrukmo Yogyakarta yaitu Chef Kolibin turut mengisi rangkaian acara. Chef Kolibin menunjukan langkah-langkah pembuatan bakso dari tahu dan sate lilit khas Bali dari tempe. Tentunya, bahan yang digunakan dalam pembuatan makanan tersebut termasuk dalam pangan lokal sehingga mudah didapatkan di sekitar kita.
Dalam akhir diskusi, Stefani dan Assyifa kompak mengatakan bahwa smart eating dan pangan lokal saling bersinergi untuk gaya hidup yang lebih sehat. Dengan mengkonsumsi pangan lokal dan menerapkan smart eating, kita dapat membantu diri sendiri, lingkungan dan juga orang di sekitar kita.
Maka dari itu, mulai saat ini kita juga harus mengkonsumsi pangan lokal dan menerapkan smart eating dalam kehidupan sehari-hari, ya!