Kehidupan itu memang seperti sebuah teka-teki yang harus diselesaikan dengan baik, bertanggung jawab, dan konsisten. Hal itulah yang selalu diingat oleh Daisha, seorang perempuan yang selalu direndahkan oleh lingkungan dan orang sekitarnya.
“Alifa, diriku seorang perempuan yang tidak berguna benarkah? Ibu dan di luar sana selalu mengatakan bahwa aku ini tidak memiliki kelebihan apapun hanya bisa membuat orang kesusahan,” ucap Daisha kepada sahabatnya, Alifa. Sahabatnya itu selalu mendengarkannya dengan tersenyum.
“Daisha, aku pernah membaca buku ini, buku ini bagus untukmu,” ujar Alifa, lalu memberikan buku tersebut kepada Daisha, buku tersebut tentang self-development.
“Self-development disebut juga sebagai pengembangan diri yaitu suatu strategi atau cara yang dilakukan dan diusahakan oleh individu guna mengembangkan kesadaran diri (self-awareness), potensi, bakat, keterampilan, dan kemampuan. Tujuannya adalah agar kualitas hidup dan pribadi menjadi lebih maju.” ucap Daisa ketika membacanya, ia telah meminjam buku tersebut, ia membaca di dalam kamarnya dengan melihat poster poster impiannya.
“Apakah aku harus berkembang, dan melakukan self-development terhadap diri aku sendiri? Poster-poster impian ini banyak sekali,” gumamnya ketika sambil melihat poster-poster tersebut. Poster tersebut bergambar penulis favoritnya, public speaking yang terkenal yaitu Najwa Shihab, dan juga designer hebat.
“Cara self-development yang paling penting adalah kenali diri sendiri, aku perempuan yang pemalu tetapi, banyak ambisiku untuk ke depannya, aku suka lupa, namun, aku tidak mengetahui kelebihan aku apa?” tanyanya berpikir, merenung, dan serius.
“Aku ingin jadi penulis, aku ingin bisa design dan public speaking yang hebat banyak di luar sana wanita-wanita hebat, aku harus bisa menjadi salah satunya,” ujarnya menyemangati dirinya sendiri dengan tersenyum bahagia.
“Sayang, lagi apa?” tanya ibu Daisha, namanya Riana.
“Ibu, aku hanya memikirkan bahwa manusia pasti berguna dan memiliki manfaat buat orang lain kan?” tanyaku kepada ibu, aku tiba-tiba mulai menangis.
“Impian dan ambisi itu tidak akan bisa berjalan, jika kamu tidak melakukan pengembangan diri, self development namanya, kepercayaan itu dan kebahagiaan itu berasal dari diri sendiri, bukan orang lain, tunjukkan bahwa kamu bisa melawan ketakutan didalam pikiran kamu,” jawab ibu lalu memelukku, menepuk pundakku dan membawakanku makanan lalu pergi keluar dari kamarku.
“Cara untuk melatih kepercayaan diri adalah berpikir positif, mencoba melatih berkomunikasi, hadapi ketakutan,” Daisha membaca beberapa cara di internet yang menurutnya penting, lalu ia mencari informasi lainnya.
Suara handphone berbunyi.
“Daisha, aku ada informasi nih, ada pelatihan gratis untuk design dan public speaking mulai besok dan lima hari ke depan, maukah kamu ikut bersamaku?” tanya Alifa, Daisha yang mendengar itu seperti mendapatkan hidayah secara tiba-tiba.
“Mau, lagipula aku ingin belajar public speaking untuk berbicara di depan orang banyak, dan mendapatkan pertemanan hebat di luar sana serta design, aku bisa membuat cover dan sebagainya untuk keperluan menulis cerita aku, kamu sudah mengetahui bahwa aku mulai menulis cerita, tetapi aku belum bisa publish karena aku minder dan takut,” ucapnya sedih mengingat ketakutannya itu.
“Dengar, ketakutan itu berasal dari pikiran kita sendiri. Jika kita ingin menjadi orang hebat layaknya gelas penuh kita harus berusaha. Bahkan, di luar sana perempuan cantik otak kosong tidak akan layak untuk masa depan, jika kita kalah dalam kecantikan, kita tidak boleh kalah dengan pemikiran,” ujar Alifa menyemangati Daisha, ia mendengar itu seperti lampu cerah yang menunjukkan bahwa ia harus bisa melawan teka-teki ketakutan yang ada di dalam otaknya sendiri.
Daisha memutuskan sepihak, ia terkejut diberikan penyemangat seperti Alifa sekarang. Pikirannya selalu takut tetapi, ia harus bisa melawannya.
“Bismillah aku publish karya pertamaku ini,” ucapnya lalu memencet tulisan publish, ia akan mempost beberapa bab karya pertamanya.
“Bagaimana ya nanti hasilnya? Apakah aku bisa berkembang dan mendapatkan pembaca yang sangat banyak seperti Kak Poppi, aku ingin suatu saat bertemu Kak Poppi,” gumamku menangis bahwa impianku terlalu tinggi untuk pikiranku yang masih salah.
Keesokan harinya.
Daisha dan Alifa mengikuti pelatihan public speaking yang pertama, latihan itu menjelaskan tentang kepercayaan diri sesuai sekali dengan Daisha. Setelah bertanya tadi, ia mendapatkan ilmu baru yaitu kepercayaan diri harus dimulai dengan konsisten, rajin serta keberanian, Daisha senang ia mendapatkan teman-teman baru di hari pertamanya dengan Alifa.
“Berhasil, kamu melawan ketakutanmu itu,” gumamnya ketika sudah kembali ke kamarnya, setelah seharian tadi berlatih untuk berbicara dan teknik-teknik public speaking.
“Ternyata tidak seburuk itu,” ucapnya lalu tertidur.
Daisha bermimpi bahwa semua orang memberikan semangat namun, ada beberapa orang yang menjatuhkannya. Ia terkejut dan bangun dari tidurnya, meneteskan air matanya yang tiba-tiba datang.
“Sayang, ada apa? Kamu terbangun? Kenapa menangis?” tanya ibu yang melihatku menangis, ibu dari dapur, mendengarkan suara tangisan lalu ke kamarku.
“Aku tidak ingin menulis lagi, cukup sampai disitu saja ibu, aku bermimpi bahwa ada orang yang menjatuhkanku, aku ingin menjadi diriku sekarang, aku tidak mau menulis lagi, aku takut gagal,” jawab Daisha, ibunya lalu mencium pipi anak perempuannya itu hingga tenang.
“Sayang, kehidupan pasti akan ada namanya jatuh dan bangun, lihat penulis, public speaking, designer yang ada di dinding kamu juga mengalami kegagalan, hidup ini seperti teka-teki yang harus diselesaikan dengan keberanian, bangkit, dan juga kepercayaan terhadap dirinya sendiri, segalanya itu ada terpenting jangan pernah menyerah,” kata Ibu, lalu memeluk Daisha dan menyuruh untuk tidur.
Daisha berpikir bahwa ia tetap tidak akan menulis lagi.
1 bulan berlalu.
Daisha membuka laptopnya dan karyanya kembali, ternyata hasilnya luar biasa, ia bisa mendapatkan 500 lebih pembaca. Hari ini juga, ia sudah mulai berkuliah di kampus impiannya.
Ternyata Alifa, teman satu sekelasnya, ia sangat senang, mereka berdua mengambil jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia karena Alifa ingin memperdalam dunia ke penulisannya setelah melihat hasilnya. Daisha berhasil mendapatkan universitas impiannya dengan karya-karyanya tersebut, ia mulai beranjak mengikuti lomba kepenulisan.
“Daftar Lingkar Prestasi ayo,” ajak Alifa dengan semangat, organisasi Lingkar Prestasi merupakan sebuah organisasi fakultas yang belajar tentang kepenulisan, kepimpinan serta lainnya.
Seiring waktu, Daisha melupakan ketakutannya itu, walaupun ketakutannya itu masih bertengkar setiap malamnya, ia berusaha stabil untuk itu. Ia juga mempelajari design-design bahkan ikut komunitas design di dunia online, public speaking sesekali jika ada pelatihan.
Kuliah semester 1 dan 2 Daisha berhasil melewatinya dengan baik, ia mendapatkan beberapa prestasi di bidang kepenulisannya, ia juga berhasil menerbitkan karyanya itu di penerbitan yang sangat luar biasa dan seperti keluarganya sendiri.
1 tahun kemudian.
“Selamat, Daisha, kamu berhasil menjadi kepala Divisi Riset dan Keilmuan,” ucap teman organisasi tersebut, namanya adalah Cantika.
Daisha tersenyum melihat dirinya sendiri, dan membaca buku Self-Development tersebut hingga selesai, pelan-pelan ia bisa mengatur dirinya sendiri, ketakutannya sendiri dengan mulai percaya diri sehingga aura positif mengikutinya seperti kata-kata orang di sekitarnya bahwa Daisha adalah seorang perempuan yang kuat, pintar dan banyak hobinya.
“Kalian kesini, kita foto yuk,” ajak Daisha bersama Cantika dan teman yang lainnya serta
Para staff organisasi yang bekerja bersama dengan yang lainnya dalam satu divisi tersebut.
Daisha juga berulang tahun sekarang diucapkan oleh teman organisasinya, bahkan di post instagram bahwa ia berulang tahun dengan menyebutkan jabatannya membuatnya sadar bahwa benar kehidupan ini seperti teka-teki yang tidak mudah ditebak oleh siapapun, dan siapapun bisa menjadi sepertinya dan tidak ada mimpi yang tinggi buat orang bersungguh-sungguh dan berusaha dalam meraih cita-citanya.
Kini, Daisha menginjak umur 20 tahun, dan juga berhasil melewati semua suka, duka di dalam dunia perkuliahan sehingga membuat ia lupa bahwa sudah semester 5 sekarang. Namun, ia memiliki mimpi magang di suatu media atau bekerja di kantor media apapun itu, semoga berhasil pikirnya. Ini juga tidak lain merupakan hasil kedua orang tua, dan juga keluarga serta teman-teman yang selalu memberikan semangat hingga detik ini.
“Kehidupan seperti teka-teki yang mengalir, kita sebagai manusia harus bisa pantang menyerah, bertanggung jawab, konsisten, dan kesabaran itulah kuncinya hidup menuju kesuksesan.”
Marcellia Ika Azzahra