Aku memandang langit
Sebelum cahaya purnama menguningkan usia
Melarikan segala tanya,”Entah, siapa yang dicari”
Bola mataku melompat-lompat mencari jejak. Lalu dengan kecemasan
kemarau itu melahirkan dahaga
Tubuhku seolah menjadi lantunan zikir
Terombang-ambing akan angin yang risau
Mencatat pesan musim kemarau
Suara darah mengalir deras pada alir raga
Berkecamuk meneriakan keadilan cinta
Yang menyala disetiap arus jemari pendurhaka bumi
Tapi bibir merah membungkam keras
Tanpa celah yang bisa mengartikan bayang
Disetiap muara kegelisahan
Tanda tanya ini untukmu
Yang memperlihatkan kristal emas keagungan
Membentuk beribu paham tafsir kehidupan
Seperti embun kering di ujung rerumputan
Membekas diambang akal sadarku
Berlari dan membentur jidat-jidat penghakim dunia
Serta menempel lekat dihati penentang alam
Masih samar terdengar sesegukkan itu, yang sejak tadi menetes
membasahi tanah pertiwi
Membayar sekian tanya diri
Dalam lamunan dan belaian sang kasih
Begitu gemetar nurani suciku, berbisik deru tawa gembira
Yang menandakan kepahaman sebuah tanda tanya
Baca Juga: Jeruji, Tarikan Malam, Cakra