Hirap segenap hati
Mereka bunuh dengan keji
Lakunya anomali
Demi materi yang terealisasi
Jemu jelampah terseok-seok memungut segenggam koin
Jadi lumrah kausa itu menameng pengeksekusian nurani
Menari-nari dua pemangkunya
Menjinjing semata wayang melakon di bulevar
Merapal-rapal elegi harsa bersahaja
Dihujami sanjung dan sen sampai lupa diri
Lupa wujud konkret yang ditangkap netra
Prediksi tarot bak semilir pawana malam hari
Petaka bertamu
Selaksa nestapa menghajar
Terkutuk segunung uang buah pertunjukkan itu
Bila persembahan diraup dari maut yang mengejar
Rinai lara menjamu
Sesal mencumbu
Sia-sia dua pasang iris terendam ayar
Sebab terlanjur mereka bunuh hati mereka diatas derai merah
Sia-sia sempena itu mendekap
Sebab duka belenggu mereka kelewat erat
Sia-sia bahagia itu merayap
Sebab fana presensinya mengikat
Hirap atma si buah hati
Mati ia bersama dua pemangku keji
Mati ia bersama dua insan yang sadar mereka punya hati
Telah mati hati keduanya bersama kematian si buah hati
Tanpa hati yang sudah mati
Mereka hidup dalam mati berkali-kali
Sampai buana melahap mereka bertemu mati
Inspired by the painting “Les Saltimbanques/The Street Performers” by Gustave Dore (1874).