Apa yang kamu inginkan jika terlahir sebagai perempuan? Ingin menjadi perempuan merdeka, berdaya dan berdikari atau justru ikut aja deh kemana nahkoda mengarahkan? Pertanyaan itu bercokol di kepala Tabi semenjak dirinya mengenal Bastian.
Pasca kisah cintanya yang bertepuk sebelah tangan dengan Arsha, mendadak ayahnya menjodohkan Tabi dengan Bastian, penyanyi favorit Tabi sekaligus anak kenalan ayahnya. Berbanding 180 derajat dengan Arsha, Bastian lahir dari keluarga yang secara ekonomi terbilang biasa saja, namun punya pandangan yang menurutku cukup unik tapi kurang bisa diterima oleh Tabi.
Bastian adalah sosok yang sangat open minded, mengizinkan Tabi untuk mengembangkan diri dan mencapai impian meskipun kelak telah menikah juga pandangan inklusifnya soal pendidikan anak nanti. Wow! Bagiku pribadi Bastian luar biasa, aku kalau dilamar Bastian so pasti bilang yes.
Tapi, entah kenapa ya Tabi itu menurutku pemikirannya masih jadul banget. Tabi bilang, perempuan kalau sudah menikah, bakal ikut kemana nahkoda mengarahkan kapalnya. Meskipun punya impian tinggi, kalau sudah menikah harus mengutamakan keluarga seperti ibunya yang mengubur impian melanjutkan kuliah S2 nya. Bukan karena bapak melarang, tapi itu semacam kodrat.
Meski kisah Tabi ini fiksi, tapi pandangan Tabi ini masih marak di Indonesia hingga kini. Aku sendiri cukup kaget dengan pandangan Tabi, padahal perempuan yang mengejar impiannya tidak selalu berarti mengabaikan keluarganya lho. Ingat gak sama kisah hidup Kartini yang tetap mengejar impiannya memperjuangkan emansipasi wanita meski dirinya sudah menikah? Akhirnya buku Habis Gelap Terbitlah Terang bisa kita kenal juga kan?
Soal rencana pendidikan inklusif buat anak kelak, Tabi juga agak sedikit keberatan. Why Tabi, Why? Sekolah inklusi bagus banget lho Tabi, bisa mengajarkan keterbukaan, toleransi dan kerja sama antar pemeluk agama yang sangat diperlukan anak di masa depannya. Tapi ya sudah lah, Tabi emang agak bebal sepertinya.
Sudah saatnya Tabi mengubah pandangannya kalau mau jadi istri Bastian sih. Gak cuma Tabi aja, tapi orang tuanya juga, karena pemikiran Tabi saat ini itu pasti hasil didikan orang tuanya bertahun-tahun. Kalau ini masih terus dilanggengkan, wah sia-sia donk Kartini berjuang.
Novel terbaru karya Marchella FP ini menyadarkanku bahwa pemikiran seperti Tabi dan orang tuanya masih jamak di Indonesia. Meski terdengar berat dan seperti PR yang kudu dikerjakan segera nih, Marchella meramunya dengan bahasa yang ringan, menghibur dan dilengkapi ilustrasi yang amat cantik. Pesannya juga di deliver dengan cara yang smooth tapi ngena dan nampar banget.
Udah penasaran banget sama kelanjutan cerita Tabi? Jadi gak nikah sama Bastian? Terus gimana sama Tabi apakah dia nerima dan berusaha berdamai dengan pandangan Bastian atau justru let him go and pertahanin pemikirannya? Greget ya sama tulisanku ini kok gak bahas detail ceritanya sih?
Ya iyalah guys, tulisanku ini bukan cerpen, aku cuma berbagi ulasanku seputar buku barunya Marchella FP yang menurutku worth to buy banget. Mending buruan beli dan baca gih.
Baca Juga: Review Novel Bone, Novel Fotografi yang Ngeri-ngeri Sedap