Asertif adalah cara berkomunikasi yang jujur, tetapi tetap menghormati perasaan orang lain. Beropini asertif bisa membuat kita merasa didengar dan memiliki kontrol diri yang baik.
Kenapa Harus Asertif?
Beropini asertif adalah ketika seseorang memberi argumen apa adanya diiringi empati. Selain melatih kontrol diri, beropini asertif juga membuat seseorang mudah menerima dan menelaah kritik positif maupun negatif. Asertif tidak selalu mendapatkan respons baik karena tidak semua terbiasa dengan sikap berekspresi jujur atau berani menjawab ‘tidak’ tanpa merasa bersalah.
Sering dikatakan sama, nyatanya asertif itu bukan agresif, lho. Agresif adalah tipe komunikasi yang berusaha mendominasi pihak lain. Menunjukkan diri sendiri paling hebat, tetapi tidak menghargai batasan lawan bicara. Baik asertif dan agresif perlu percaya diri, satu-satunya perbedaan ada di keseimbangan menghargai diri sendiri maupun orang lain.
Beropini Asertif itu Wajib?
Apa harus selalu asertif setiap akan beropini? Sebaiknya, iya. Pada artikel literasi Tone Policing sebelumnya, masih ada pihak tertentu yang menyerang kebebasan beropini kita dengan menjadi emosi dan perasaan terdengar objektif. Dengan beropini asertif, kamu dapat mempertahankan opini tanpa merasa bersalah terhadap diri sendiri. Di bawah ini ada 10 ciri-ciri orang asertif, kamu salah satunya bukan, nih?
1. Kontak Mata Lurus ke Lawan Bicara
Setiap beropini di forum resmi maupun mengobrol kasual, kamu selalu menatap lurus ke mata orang yang sedang berbicara. Salah satu aspek asertif ini menandakan kamu sangat tertarik dan ingin tahu lebih banyak.
2. Postur Percaya Diri dan Tetap Rendah Hati
Berdiri atau duduk dengan punggung tegap dan sedikit bersandar ke belakang, atau jika sedang menumpukan dagu di salah satu tangan—kedua bahu tetap terbuka. Jika terlalu tegak akan berkesan arogan, sedangkan postur membungkuk membuat orang lain berpersepsi kita orang yang selalu rendah diri.
3. Intonasi Suara
Beropini secara lugas atau kasar adalah dua hal yang sangat berbeda. Lugas itu sama saja dengan tegas, cukup mengutarakan hal pokok, yakni asertif. Berkata kasar jelas didasari amarah yang memang berniat menjatuhkan perasaan dan harga diri orang lain.
4. Olah Ekspresi
Beropini sembari mengontrol diri agar tidak terlihat marah atau takut ketika berhadapan dengan seseorang yang menyindir, termasuk modal para orang asertif. Jika berkirim teks cukup emoji senyum dengan mata terbuka atau mengakhiri kalimat dengan tanda titik diikuti emoji menangkupkan kedua tangan.
5. Timing
Jika opini seseorang menyentil sensitivitas kamu di ranah private, beri respons saat itu juga. Apabila terjadi di kelompok yang lebih besar, misalnya, group chat keluarga, maka ketik jawaban langsung di forum yang sama. Tidak perlu mengirim teks pribadi karena ia mempermalukanmu di depan orang lain. Seorang asertif tidak akan membiarkan perasaan dan harga dirinya direndahkan.
6. Tidak Mengancam atau Menyalahkan
Beropini tidak setuju atau sekedar berkata tidak terkadang sulit. Istilah people pleaser adalah orang yang selalu merasa ‘nggak enak’ jika tidak menuruti keinginan orang lain. Padahal satu-satunya orang yang berhak memegang kemudi pada hidup adalah diri sendiri. Lantas bagaimana cara menolak ala asertif tanpa membuat orang lain merasa bersalah karena telah mengajak kita?
7. Gamblang atau Brutal?
Dua kata lagi, nih, tetapi lagi-lagi keduanya berbeda. Contoh ucapan gamblang, “Bisa tolong jangan sebut kata ‘kasihan’ lagi? Gue cerita karena memang lagi capek sekarang aja.” Sementara itu, brutal akan terdengar, “Lo kasihan sama gue? Udah seberapa benar, sih, hidup lo?”
8. Tutur Kata Positif
Siapa, nih, yang suka disarkasin ibu? Waktu bertanya kasual di mana harus taruh stok sabun cuci piring, eh, justru dijawab “Taruh di muka mama!” Kalau kamu sudah punya anak bisa coba versi asertifnya, ya! “Mama kan tadi udah bilang di meja ruang tamu. Taruh di sana.”
9. Hindari Kritik
Misalnya, kamu terlalu malas membaca dan membalas pesan teman yang tidak menepati janji sekaligus pasif saat diminta memberi kabar, tetapi pacarnya yang tidak kamu kenal tiba-tiba mengirim pesan, “Orang tua lo nggak ngajarin empati, ya? Kalau pacar gue chat tuh dibalas!” Dialog tersebut mengandung kritik negatif bahkan membawa pihak lain yang tidak bersangkutan. Sebagai seorang asertif kamu akan membalas dengan padat dan tegas, “Kalau gue harus mikirin pacar lo yang sakit hati karena dicuekin, apa dia mikirin perasaan gue yang kebingungan karena nggak dapat kabar dari dia sampai hari h live music?”
10. Intergritas Tinggi
Beropini atau bersikap jujur secara konsisten merupakan poin terakhir seorang asertif. Konsistensi ini juga yang akan membuat pihak lain paham kalau perasaan dan harga dirimu pantas dihormati. Tetap saling memberi dan memahami opini terhadap suatu dilema yang etis dapat melatih sikap asertif.
Beropini asertif tidak menjamin seseorang langsung memahami kekhawatiran kamu atau bereaksi positif. Sementara itu, opini bersifat subjektif, jadi tentu tidak ada hasil positif yang mutlak. Namun, masih ada kemungkinan lawan bicara memahami keinginan dan perasaan kita, jadi jangan takut karena komunikasi asertif akan selalu membuat penggunanya merasa ringan dan pede setiap beropini.
Referensi:
- Lonczak, H. S., & Wilson, C. R. (2020, September 3). What is Assertive Communication? 10 Real-Life Examples. https://positivepsychology.com/assertive-communication/
- Betterhealth.vic.gov.au. (n.d.). Assertiveness. Better Health Channel. https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/healthyliving/assertiveness
- Ciputra Medical Center. (2019, February 25). 10 Karakteristik Kunci yang Perlu Anda Ajarkan kepada Anak Anda. https://www.ciputramedicalcenter.com/10-karakteristik-kunci-yang-perlu-anda-ajarkan-kepada-anak-anda/